Tips Memilih Karyawan Ideal

Tips Memilih Karyawan Ideal

Namanya pak Nur Wahid. Sudah paruh baya. Mungkin sekitas 45 tahun. Orangnya sederhana. Kami mengenal beliau saat dulu masih lontang-lantung tak punya usaha yang jelas di Surabaya. Waktu itu, sudah malam sekali. Jam 9 malam. Ayah Naufa sedang memperbaiki komputer seorang konsumen di Sepanjang-Sidoarjo.

Saya dan anak-anak sangat lapar karena belum makan sejak pagi. Naufa dan Naura sudah rewel luar biasa. Menunggu ayahnya yang tak kunjung pulang. Akhirnya saya bisa bersms dengan beliau. Kata beliau, cari saja warung dekat kos-kosan kita. Kalian makan duluan nanti ayah jemput sekalian bayar.

Karena masih punya hutang dua bungkus nasi di warung terdekat dua hari sebelumnya. Saya tidak berani lagi ke warung itu. Saya akhirnya berjalan agak jauh. Hingga ketemu warungnya Pak Nur Wahid. Waktu itu cuma ada istrinya, Ummi Ariek.

Saya memesan satu porsi lele penyet. Jam 9 malam, kami mulai makan. Naufa dan Naura sudah tidak nangis lagi karena sudah kenyang. Namun… ditunggu-tunggu sampe jam 11 malam ayah naufa tak kunjung datang. Padahal anak-anak sudah mulai mengantuk dan minta pulang.

Seperti tahu saja kegelisahan saya, Ummi Ariek menyuruh saya pulang. Nggak apa-apa mbak, bayarnya nanti nanti saja. Katanya pada saya. Saya sungguh malu, karena tadi bilang ayah Naufa nggak lama. Nggak papa kok ummi, sebentar lagi ayah naufa juga datang. Jawab saya menutupi rasa sungkan.

Sms terakhir saya kirimkan. Dan jawaban ayah Naufa adalah bahwa motor mogok di tengah jalan, tak ada bengkel yang buka, sementara jalan raya gelap gulita.

Akhirnya, saya pulang. Ummi Ariek memeluk saya seperti ibu saya sendiri. Menciumi Naufa dan Naura seperti cucunya sendiri. Sejak itulah, kami mengenal Pak Nur Wahid dan keluarga beliau.

Mereka sering mengirim makanan pagi-pagi ke kosan kami. Memberi baju-baju yang tak terpakai bekas anak-anaknya yang masih bagus-bagus.

Hingga suatu hari saya tahu bahwa usaha Pak Nur dan istrinya gulung tikar. Warung makannya ditutup dan Pak Nur tak memiliki pekerjaan.  Suatu hari Ummi datang ke kosan kami yang baru. Saat beliau datang, usaha kami sudah mulai berkembang. Sudah punya satu karyawan dan satu gudang kecil di sebuah gang.

Ummi memberanikan diri bertanya, barangkali ada pekerjaan yang bisa dikerjakan suaminya, Pak Nur Wahid. Setelah diskusi dengan suami, akhirnya kami memutuskan beliau menjadi karyawan freelance. Yaitu mengemas koyo kaki. Dengan upah Rp. 100/pack. Dalam sebulan biasanya beliau bisa mengemas antara 10.000 hingga 22.000 pack.

Pak Nur Wahid adalah tipe pekerja yang rajin. Pak Nur acap kali membantu melakukan pekerjaan lain yang semestinya bukan tugas dan kewajibannya. Seperti mengambil barang ke ekspedisi, membersihkan gudang, merapikan barang-barang, menyapu lantai dan lain-lain.

Saya malah yang jadi nggak enak. Karena secara usia beliau sudah seperti ayah saya sendiri. Secara pekerjaan itu memang bukan tugasnya. Namun Pak Nur melakukannya dengan sukarela dan gembira.

“Sudah Pak Nur… biar saja nanti saya yang sapu…”

“Gak pa pa… Ustadzah…” Giginya yang ompong sering kali tampak saat ia tersenyum menjawab ketidak-enakan saya.

Bukan itu saja, Pak Nur adalah pekerja yang ulet. Kerjaannya rapi dan cepat. Jika karyawan kami yang lain tidak datang. Pak Nurlah yang mengantarkan paket ke para konsumen untuk area Surabaya dan sekitarnya. Rute yang jauh ditempuh hanya dalam bilangan menit. Beliau juga komunikatif. Begitu barang sudah sampai dan diterima oleh konsumen, beliau segera menelfon ayah naufa mengabarkan hal itu.

Kalaulah saya harus mempercayakan usaha ini kepada seseorang sebagai seorang manager. Niscaya kami memilih pak Nur Wahid sebagai tangan kanan. Sayangnya, karena beliau sudah sepuh, kemampuan berkomunikasi untuk menangani bisnis online agak sulit ditingkatkan.

Dulu sekali, waktu bisnis Propolis kami juga punya karyawan yang nyaris mirip dengan pak Nur Wahid, Pak Hakim Abu Nisa namanya. Usianya 3 tahun lebih tua dari ayah naufa. Sayang, saat bisnis kami sudah mulai berkembang Pak Hakim abu nisa sudah bekerja di tempat lain.

Sulit mencari tipikal karyawan seperti pak Nur dan pak Hakim di zaman ini. Amanah, disiplin, jujur kerjanya rapi dan cepat, tangkas, ulet, loyal. Sungguh sulit.

Seringkali saya harus makan hati dengan ulah karyawan lain yang tak seideal pak Nur. Nah, inilah yang melatarbelakangi saya membuat artikel dengan judul Tips memilih karyawan ideal.

Saya sendiri pernah manjadi karyawan di sebuah perusahaan lokal. Menjadi akuntan di perusahaan expedisi. Hanya bertahan 3 bulan. Bukan karena saya di pecat. Bahkan bos saya mempertahankan saya semampunya, kisahnya bisa and abaca di artikel disini.

Ya, saya berhenti bekerja bukan karena saya diberhentikan. Namun lebih karena saya tak suka diatur-atur, saya ingin punya banyak waktu luang. Setelah saya pikir-pikir, saya memang tidak cocok jadi karyawan, karena sejak kecil saya sudah berbisnis. Jadi pengusaha.

Tips Memilih Karyawan Ideal.

1.    Jujur dan amanah. Ini adalah syarat pertama dan utama. Saya akan segera memecat seorang karyawan yang saya anggap tidak jujur dan tidak amanah. Kapabilitas bisa di up grade tapi kejujuran dan sikap amanah haruslah menjadi bagian dari orang tersebut bahkan jauh sebelum ia bekerja dengan kami.

Cara menguji kejujuran dan keamanahan seorang karyawan gampang saja. Tung Dasem Waringin pernah bercerita soal bagaimana ia mensortir karyawannya yang tidak jujur.

Suatu hari, ia sengaja menaruh uang Rp. 70.000 di atas sebuah meja tanpa sepengetahuan karyawannya. Ketika mereka sedang sibuk beres-beres. Ia mendadak bertanya pada salah seorang karyawan. Ini uang siapa? Salah seorang karyawan segera menjawab bahwa itu adalah uangnya. Anda pasti tahu apa kesudahan karyawan itu. Tak bisa kita memertahankan karyawan yang tidak jujur. Ia akan merusak bisnis kita.

2.    Mau diarahkan. Sebuah perusahaan yang baik biasanya memiliki SOP (standar operating procedure). Nah, untuk bisa menjadi karyawan ideal, seseorang haruslah mengikuti arahan yang sudah ditetapkan perusahaan. Bukan malah mangkir, ogah melakukan arahan atau justru membuat aturan sendiri semau-maunya.

3.    Pekerja keras. Kerja keras bukan selalu harus kerja fisik. Bisa jadi seorang karyawan justru tak kerja fisik. Namun pikirannyalah yang dipakai. Seorang web designer misalnya. harus mencurahkan segala kemampuan yang ia bisa untuk pekerjaannya. Begitu juga web developer.

4.    Profesional.  Sebaiknya memilih karyawan yang sudah profesional. Bolehlah kita membayar gaji yang lebih besar asal dia sudah mahir di bidangnya. Jangan menerima karyawan yang tidak punya keahlian apapun.

Misalnya karena rasa tidak enak dengan saudara atau teman satu organisasi membuat anda terpaksa menerima karyawan yang tak punya keahlian. Kalau toh anda tetap tidak tega, pastikan orang tersebut mau mengup-grade kemampuannya. Anda harus segera melakukan up grading keahlian.

Beri tenggat waktu untuk karyawan tersebut menguasai keahlian tertentu. Misanya menguasai pembuatan laporan keuangan, atau mengoptimalisasi website dll. Jika tidak ada indikasi karyawan ingin berubah dengan mengup-grade keahliannya. Just say good bye untuk karyawan macam ini.

5.     Tidak perhitungan. Seperti Pak Nur dan Pak Hakim. Sungguh mereka berdua adalah tipe karyawan yang nyaris ideal untuk kami.

6.    Pekerjaannya rapi, cepat dan tangkas. Saya paling tidak suka dengan karyawan yang lelet apalagi super lemot. Pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan dalam hitungan jam, malah menghabiskan waktu seharian. Huh cape deeh. Seperti modem saja. Lemot. Akhirnya karena kerjanya lemot barang yang harusnya sudah di kirim siang hari jadi tertunda pengirimannya melewati jam kerja atau malah besoknya. Reputasi perusahaan anda akan cedera dengan kualitas karyawan yang lemot.

7.    Disiplin dan tepat waktu. Datang dan pulang sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Saya sangat tidak suka dengan karyawan yang datangnya selalu terlambat. Apalagi sering absen. Sekalinya masuk kerja ngantuk-an. Sebab semalaman begadang. Begitu juga pulangnya terlambat. Padahal sudah tidak ada lagi pekerjaan yang bisa ia lakukan di tempat kerja. Kalo toh ada dia tidak menyentuhnya sedikitpun karena merasa bukan tugasnya. Aduuuh karyawan kek gini… kelaut aja deh sono1 #gemes!

8.    Tidak korupsi pikiran dan waktu. Misalnya sembari kerja, ia juga berbisnis di sela-sela waktu kerja. Otomatis yang akan di prioritaskan karyawan macam ini adalah bisnis pribadinya. Jadi sebelum anda menerima seorang karyawan pastikan bahwa ia tidak sedang berbisnis. Kalau ternyata di tengah jalan ia nekat berbisnis, sebaiknya anda segera memberhentikannya. Karena karyawan macam ini memang tidak cocok jadi karyawan. Ia lebih cocok jadi pengusaha.

Ada lagi tipe karyawan yang justru mencuri waktu kerja dengan kesibukan bersosial media. Baik facebokan, twiteran, blogging dan lain-lain. sekali dua kali tiga kali di ingatkan ia masih tetap seperti itu. Cari saja karyawan lain yang lebih amanah dalam hal waktu.



9.   Sedikit Bicara Banyak Bekerja. Oke... selesaikan dulu pekerjaan yang menjadi tanggung jawab karyawan. Setelah selesai, monggo kalo mau diskusi tentang banyak hal. Sekarang bukan saatnya banyak bicara, tapi bekerjalah sebaik mungkin. Bayangkan... kalo suatu pekerjaan hanya bisa diselesaikan dalam waktu 30 menit tapi karena di selingi dengan banyak cerita, akhirnya baru selesai dua jam kemudian. Tragis bukan?


Karyawan baru akan merasakan betapa ia dirugikan kalau ia sudah bisa mempekerjakan karyawan. menjadi pemilik usaha. kalo anda punya tpikal karyawan seperti itu, kira-kira apa yang anda lakukan.

Hahaha… mungkin kalo anda jadi karyawan saya, bakalan mumet. Sebab saya ini cerewet minta ampun. Saya bersedia memberikan gaji yang memadai untuk tipe karyawan ideal seperti di atas. Jika anda merasa tidak memenuhi kriteris di atas, saya sarankan anda berhenti dari pekerjaan anda karena anda bukan tipikal karyawan ideal. Daripada bos dan karyawan sama-sama makan hati. Kan jadi bikin dosa tiap hari. Hayooo… kecuali kalo ada ittikad baik untuk berubah, berbenah…  Berani?

Inilah tips memilih karyawan ideal  yang bisa saya bagikan. Terimakasih atas kunjungan anda. Sampai jumpa di artikel saya selanjutnya.

Related

Bisnis 5521522520206336677

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item