Siapakah Luqman al-Hakim?

Siapakah Luqman al-Hakim?

Siapakah Luqman al-Hakim?
Luqman adalah nama sebuah surat dalam al-qur’an. Surat ke 31 setelah surat shaafat. Surat luqman masuk dalam juz 21. Surat Luqman tergolong surat makkiyah atau turun di mekah. Terdiri dari 34 ayat.

Sebagaimana nama surat ini, surat luqman memang menceritakan tentang tuntunan atau tata cara mendidik anak yang telah Allah hikmahkan kepada luqman. Adapun al-hakim adalah gelar Luqman.

Sebab luqman memang orang yang sangat bijaksana. Nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya bahkan diabadikan Allah sebagai pelajaran untuk manusia sepanjang zaman, bagaimanakah mendidik anak yang sebenar-benarnya itu.

Pertanyaannya kemudian adalah, siapakah Luqman al-Hakim? Bukankah kita tidak mendapati satupun nama nabi dengan nama Luqman al-Hakim?

Mengenal Lebih Dekat Luqman Al-Hakim

Ibnu Ishaq dalam kitab Tarikhnya mengatakan bahwa silsilah Luqman al-Hakim adalah sebagai berikut. Lukman bin Bau’raa bin Nahur bin Tareh. Sementara Tareh adalah nama lain Azar yaitu ayah nabi ibrahim a.s.

Sementara Wahab bin Munabih menuturkan bahwa Luqman adalah keponakan nabi Ayyub a.s dari saudari perempuannya. Muqottil menyebutkan bahwa Luqman adalah sepupu nabi Ayyub a.s.

Pendapat ini dikuatkan oleh penuturan Imam Zamakhsyari dikatakan bahwa dia adalah Luqman bin Bau’raa putra saudari perempuan nabi ayyub a.s ataupun putra bibinya nabi Ayyub a.s. 

Luqman berusia panjang. Ia hidup kurang lebih selama 1000 tahun. Luqman hidup sezaman dengan nabi Daud a.s. Bahkan sebelum nabi Daud diutus sebagai nabi, luqman telah menjadi mufti dan tempat berkonsultasi serta bertanya nabi Daud a.s.

Qotadah pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair bahwa ia pernah bertanya kepada Jabir bin Abdullah tentang Luqman. Jabir mengatakan bahwa Luqman berbadan pendek dan berhidung pesek. Luqman berasal dari daerah Nubi, Mesir, benua afrika.

Sementara Sa’id bin Al-Musayyib pernah juga mengatakan bahwa Luqman itu kulitnya hitam lazimnya orang dari benua Afrika. Allah medatangkan kepadanya hikmah namun Luqman menolak diangkat menjadi nabi.

Pernah suatu hari datanglah seorang lelaki berkulit hitam kepada Sa’id bin al-Musayyib, mengadukan kepadanya tentang hitamnya kulitnya. Sa’id pun menasehatinya dengan berkata: “Janganlah engkau berduka sebab masalah kulit yang hitam. Sebab diantara diantara manusia pilihan itu ada 3 orang yangsemuanya berkulit hitam (dari afrika). Bila bin rabbah, mihja budaknya Umar bin Khattab dan Luqman al-hakim”.

Yang Mulia Yang Paling Taqwa

Dari keterangan para ahli sejarah tersebut bisalah kita bayangkan bagaimana rupa dan perawakan Luqman al-Hakim. Ia adalah seorang Afrika berkulit hitam, berhidung pesek, bertubuh pendek, bibirnya tebal dan kulit kakinya pecah-pecah sebab medan yang begitu panas. Mungkin secara fisik manusia akan menilai bahwa ia adalah seburuk-buruknya manusia. Namun Allah melihat kemuliaan seorang hamba bukan dari fisik dzohirnya namun dari ketaqwaannya.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya semulia-mulianya manusia diantara kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Ath Thobari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian –wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21:386)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,  “Sesungguhnya kalian bisa mulia dengan takwa dan bukan dilihat dari keturunan kalian” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 169)

Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

كرم الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى

“Mulianya seseorang di dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di akhirat karena takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al Baghowi. (Ma’alimut Tanzil, 7: 348)

Kata Al Alusi, ayat ini berisi larangan untuk saling berbangga dengan keturunan. Al Alusi rahimahulah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya di antara kalian di sisi Allah di dunia maupun di akhirat adalah yang paling bertakwa. Jika kalian ingin saling berbangga, saling berbanggalah dengan takwa (kalian).” (Ruhul Ma’ani, 19: 290)

Dalam tafsir Al Bahr Al Muhith (10: 116) disebutkan, “Sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (yaitu ada yang berasal dari non Arab dan ada yang Arab). Hal ini bertujuan supaya kalian saling mengenal satu dan lainnya walau beda keturunan. Janganlah kalian mengklaim berasal dari keturunan yang lain. Jangan pula kalian berbangga dengan mulianya nasab bapak atau kakek kalian. Salinglah mengklaim siapa yang paling mulia dengan takwa.”

Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa. Yang bertakwa itulah yang berhak menyandang kemuliaan, yaitu lebih mulia dari orang yang tidak memiliki sifat takwa. Dialah yang paling mulia dan tinggi kedudukannya (di sisi Allah). Jadi, klaim kalian dengan saling berbangga pada nasab kalian yang mulia, maka itu bukan menunjukkan kemuliaan. Hal itu tidak menunjukkan seseorang lebih mulia dan memiliki kedudukan utama (di sisi Allah).” (Fathul Qodir, 7: 20)

Dalam tafsir Al Jalalain (528) disebutkan, “Janganlah kalian saling berbangga dengan tingginya nasab kalian. Seharusnya kalian saling berbangga manakah di antara kalian yang paling bertakwa.”

Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kalian berbeda bangsa dan suku (ada yang Arab dan ada yang non Arab) supaya kalian saling mengenal dan mengetahui nasab satu dan lainnya. Namun kemuliaan diukur dari takwa. Itulah yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah, yang rajin melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat. Standar kemuliaan (di sisi Allah) bukan dilihat dari kekerabatan dan kaum, bukan pula dilihat dari sisi nasab yang mulia. Allah pun Maha Mengetahui dan Maha Mengenal. Allah benar-benar tahu siapa yang bertakwa  secara lahir dan batin, atau yang bertakwa secara lahiriyah saja, namun tidak secara batin. Allah pun akan membalasnya sesuai realita yang ada.” (Taisir Al Karimir Rahman, 802)

Banyak hadits pula yang menyebutkan hal di atas, yaitu semulia-mulia manusia adalah yang paling bertakwa.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ ». قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia?” “Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab beliau. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabada, “Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ »

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)

انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى

“Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” (HR. Ahmad)

Jadi, marilah kita perhatikan diri kita, apakah kita sudah menjadi semulia-mulianya manusia disisi Allah? Astaghfirullahal-'adhim.... Allahummarzuqna 'ilman naafi'an, warizqon waasi'an wa 'amalan shaalihan mutaqabbala. Aamiin...


Related

Dakwah 5541443151368524622

Post a Comment

emo-but-icon

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item