Tips Meredam Pertengkaran dengan Pasangan

Tips Meredam Pertengkaran dengan Pasangan


Tips Meredam Pertengkaran dengan Pasangan
Suami Istri siapapun mereka, dimanapun tempat tinggalnya, sepanjang masa, pastilah ada masa di sambangi sebuah episode bernama pertengkaran.

Sebagian besar penyebab pertengkaran bukanlah hal-hal besar. Bukan terkait masalah keyakinan mendasar. Bukan pula menyangkut masalah prinsip hidup. Biasanya, pertengkaran justeru dipicu hal-hal sepele, remeh temeh dan nggak penting.

Kebiasaan menaruh handuk tidak pada tempatnya, kebiasaan facebookan yang keterlaluan, kebiasaan tidur habis shubuh. Ya… hal-hal sepele. Bahkan seorang teman pernah bercerita soal pertengkaran hebat dengan suaminya. Apa pasalnya, hanya masalah kentut.

Lucu bukan. Suami istri bertengkar bahkan hingga memutuskan untuk bercerai hanya masalah kentut. Bagi kita mungkin lucu. Namun bagi yang sangat terganggu dengan kebiasaan buruk tersebut, itu adalah hal penting. Di atas segalanya.

Saya sendiri kerap kali bertengkar dengan suami hanya perkara smartphone. Bukan, bukan soal saya minta dibelikan yang baru. Namun karena waktu dan perhatian suami lebih banyak terpusat pada benda yang katanya smart itu.

Ketika saya bicara, beliau memang merespon tapi tanpa tatapan, tanpa perhatian. Jadilah saya cemburu berat sama yang namanya smartphone. Smartphone seperti istri barunya saja, yang tak ingin sekejap matapun berpaling darinya.

Kalau sudah begitu, mulai deh manyun. Dilanjutkan dengan aksi diam. Berharap si dia tahu saya lagi bête. Eh eh didiamkan kok malah tambah gayeng sama itu barang. Ya sudah kalau begitu aksi perang di mulai. Ups… bukan mau membuka aib ding.

Kali ini saya ingin berbagi tips meredakan pertengkaran dengan pasangan sah (suami istri). Tips ini tidak saya peruntukkan bagi anda yang menjalin hubungan diluar pernikahan. Catet ya…

Pertama, berkomunikasilah. Kebanyakan para istri saat sedang bête alias kesel sama suami mengungkapkan isi hatinya dengan bahasa telepati. Misalnya dengan manyun ogah tersenyum. Atau dengan diam tanpa alasan yang jelas. Atau malah banting-banting pintu. Banting barang. Berharap suaminya paham akan perasaan yang berantakan. Sayang sekali, suami yang konon lebih dominan pemikiran ketimbang perasaan semakin cuek dengan sikap istri yang begitu.

Jadilah bagi istri konflik hati semakin parah. Sementara bagi suami tak ada masalah. Nah lho, kagak nyambung bukan. Solusinya, berkomunikasilah. Bicaralah baik-baik dengan si dia. Saya bukan termasuk tipe orang yang suka memendam perasaan. Bagi saya memendam perasaan adalah ibarat bom waktu. Yang akan menggerogoti kesehatan badan dan fikiran. Saya terbiasa mengungkapkan isi hati, unek-unek baik lewat lisan maupun tulisan.

“Ayah… bunda nggak suka ayah terlalu lengket sama itu smartphone. Seperti istri baru saja. Bunda mau ngomong. Dengarkan baik-baik dong!” kalau sudah begitu segenting apapun orderan barang, sepenting apapun relasi bisnis, akan beliau tinggalkan itu smartphone. Beliau akan menatap saya, tersenyum dan bilang “Bunda… ayah tahu bunda sedang ingin bicara, tapi nggak sekarang ya… sedang banyak orderan nih… nanti nggak jadi transaksi kalo kelamaan responnya. Turun deh omset penjualan kita. Berkurang deh jatah belanja. Mau?

Hiks… kalau sudah digitukan. Saya malah yang jadi cengar-cengir. Siapa pula yang mau berkurang jatah belanjanya. Ya ampun… matrenya! “Iya deh… nanti sore ya… janji?” tegas saya sambil menunjuk telunjuk kanan saya ke atas.  “Janji…!” jawab suami saya juga melakukan hal yang sama. Mengangkat telunjuk kanan ke atas. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya yang kekanakan itu memang saya. Padahal usia pernikahan sudah nyaris sempurna 7 tahun tapi kok ya nggak dewasa-dewasa ya…

Sekarang, kami menyepakati sesuatu. Tentang jam kerja. Maklum karna suami bukan karyawan tetap. Jadi deh nggak punya jam kerja yang jelas. Kesepakatan jam kerja untuk urusan bisnis. Sebagaimana karyawan pada umumnya, suami saya kini memberlakukan jam kerja untuk melayani penjualan www.grosirkoyo.com ataupun www.distroherba.com ataupun www.vitabumin.top maupun www.herbal-unggul.blogspot.com dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Pada jam kerja tersebut, saya tak boleh menggangu gugat kedekatan suami dengan smartphone. Diluar jam itu, saya bahkan berwenang mematikannya total.

Kedua, sampaikan unek-unek dengan bahasa yang santun. Yang tidak membuat hati suami tersinggung. Misalnya “Papa… gimana kalau kentutnya di wc. Biar nggak bau kemana-mana. Mama terganggu dengan bau kentut. Itukan dzalim. Dzalim dosa lho…” bandingkan dengan kalimat berikut “Papa ini kalo kentut sembarangan! Bau tau!”

Terus terang saya ngekek-ngekek menulis kalimat ini. bukan apa-apa… karna saya tak bermasalah sama sekali dengan suami yang kentut di dekat saya. It’s ok.

“Mas… handuknya kalau dilempar sembarangan kan jadi kotor. Kalau dibentangin di jemuran, kan lebih rapih. Memudahkan istri. Dapet pahala. Bisa masuk surga” bandingkan dengan kalimat “Ya ampun Mas… males amat sih narok anduk di jemuran. Apa susahnya sih? Orang kok nggak rapih blas!”

Ah… tentang penggunaan bahasa yang santun saat mengkomunikasikan unek-unek dan isi hati, saya sendiri masih harus terus belajar. Belajar ahsan mengungkapkan perasaan. Ya Allah… mudahkanlah lisan ini untuk hanya berkata yang baik-baik.

Ketiga, diam sejenak. Biasanya pertengkaran dipicu oleh tindakan yang emosiaonal. Saat kita tak dapat berkomunikasi dengan bahasa yang santun. Saat emosi sedang memuncak di ubun-ubun, diamlah sejenak. Sebab setan sedang senang-senangnya memanasi hati dan pikiran kita agar kita bertengkar dengan pasangan kita.

Sikap diam sejenak akan menetralisisr semua unsur yang merusak hubungan. Jangan gegabah mengikuti emosi yang membuncah. Atau kita akan menyesal atas sikap dan ucapan kita pada pasangan. Jika tak bisa berdiam diri. Segeralah ke kamar mandi. Mandilah dengan air yang mengalir. Siram kepala yang panas dengan air yang segar. Dominasi bisikan setan akan segera hilang setelah diguyur air. Setan kan terbuat dari api. Api akan padam jika terkena siraman air.

Ke-empat, perbanyak istghfar dan dzikrullah. Agar kita tak tergelincir pada pertengkaran yang semakin parah dan memanas. Segeralah beristighfar. Resapi maknanya, hayati artinya. Saat pasangan yang mendampingi kita punya kesalahan karena kebiasaan buruknya, pikirkan… bahwa kitapun punya banyak kesalahan.

Beralihlah memikirkan salah dan khilaf kita. Maka fokus pikiran akan berganti. Dari memikirkan dia menjadi memikirkan diri kita. Dari memikirkan kesalahannya menjadi memikirkan kesalahan kita. Insya Allah cara ini efektif meredam pertengkaran.

Kelima, jadilah suami yang tanggap. Tips ini khusus untuk para suami. Jadilah suami yang tanggap. Perhatikan apa yang ditidak disukai istri anda. Agar pertengkaran tidak perlu berulang hanya karna persoalan sepele yang tak kunjung hilang. Tinggalkanlah apa yang tak disukai istri anda. Anda akan mendapat cinta dan baktinya, seluruhnya selamanya.

Saya kagum pada seorang teman. Dia suka sekali makan durian. Namun sejak menikah, ia sama sekali tak merasai buah kesukaannya itu. Pasalnya, istrinya tidak suka dengan durian. Bahkan baunya yang harum pun bisa membuat sang sitri mual dan memuntahkan isi perutnya. Sejak saat itu, sang suami rela meninggalkan kegemarannya demi kecintaan pada istrinya. Subhanallah… semoga Allah mengekalkan cinta kasih mereka hingga ke surga. Salut sama tipe suami yang tanggap macam itu.

Keenam, bercandalah. Tips ini juga saya peruntukkan untuk para suami. Suatu saat, saya kesal sekali dengan suami. Karena menghindari pertengkaran. Saya memutuskan mengungkapkan kekesalan lewat BBM. Saya kirim pesan “Ayah jelek! Jelek! Jelek jelek!” pesan terkirim dengan emoticon kesal tingkat dewa.

Selang beberapa saat sebuah pesan masuk yang saya yakin sekali itu dari suami saya “Bunda cantik… cantik… cantik… cantik…” dengan emoticon senyum paling manis abad ini.

Saya balas lagi “Ayah bikin bunda kesel!” dibalas lagi sama suami “Bunda mau dibelikan donat kentang?”   saya masih terdiam, eh satu pesan masuk lagi “kita ke toko buku yuk, nanti sekalian mampir beli donat kentang” wah… saya benar-benar urung marahnya. Toko buku dan donat kentang adalah dua hal yang menggembirakan. Nggak jadi marah deh…

Suami / istri masing-masing harus peka terhadap apa yang sensitif pada pasangannya. Apa yang bisa menggembirakan biasanya bisa meluluhkan kejengkelan dan cukup efektif meredam pertengkaran.

Ketujuh, minta maaf dan memaafkan. Kadang kita menyadari kita lah yang salah dalam berinteraksi dengan pasangan. Namun rasa egois dan tak mau mengalah telah mendominasi hati dan pikiran. Ada perasaan gengsi minta maaf. Minta maaf atas kesalahan yang diperbuat itu luar biasa susah. Pertemuan antara ego dengan ego yang kian parah.

Harus ditumbuhkan pada masing-masing pasangan untuk terdorong minta maaf sesegera mungkin jika telah menyadari kesalahan yang sudah ia lakukan. Minta maaf tidak akan menghinakanmu. Justeru ia akan memuliakan derajatmu. Minta maaflah dengan kesungguhan sambil berazzam untuk tidak mengulangi kesalahan serupa.

Disisi yang lain, jangan enggan memaafkan kesalahan pasangan. Memang sih, terkadang kalau kesalahan yang dibuat cukup fatal, akan sulit sekali memberikan maaf. Jika ini yang terjadi, saya sering membayangkan betapa berartinya suami saya untuk saya. Betapa saya akan bersedih jika kehilangannya.

Ketika rasa kesal membuncah-buncah dalam dada, bayangkan saat-saat manis bersamanya di awal pernikahan. Atau justeru saat saat sulit yang menyakitkan. Seperti saat melahirkan. Betapa ia rela hidup dengan kita dengan segala kekurangan kita.  Atau dendangkan lagunya kang Ebit G Ade. Cinta yang kuberi… setulus hatiku… entah yang kuterima aku tak peduli… aku tak peduli… aku tak peduli.

Mungkin tips ini sama sekali tidak bermanfaat untuk anda dan pasangan. Sebab tipe suami-istri memang beda-beda. Catatan ini saya buat sebagai pengingat, agar jika sedang ngambek bisa segera dapat meredam pertengkaran. Semoga sakinah selalu melingkupi setiap keluarga. 

Related

Sakinah 7677462391265388795

Post a Comment

emo-but-icon

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item