Awet Muda Itu Anugerah

Awet Muda Itu Anugerah

Pernah lihat ibu-ibu seumuran anak gadisnya? Ya, tentu saja. Di kampungku malah ada ibunya dikira adik anaknya. Hari ini aku juga mendapati pemandangan yang unik.

Ketika hendak membeli nasi padang di bilangan Siwalankerto, aku mendapati seorang yang “nampaknya” ibu muda. Mungkin sekitar 38 tahun. Penampilannya layaknya remaja saja.

Rambutnya dijepit menjuntai. Ada poni yang sedikit tergerai di keningnya. Wajahnya bersih. Tinggi. Tidak ramping juga tidak gemuk.

Sudah beberapa kali aku mendapatinya di warung padang ini, biasanya duduk mematut cermin. Namun kali ini ia harus melayani pembeli nasi padang. Pak tua pemilik warung padang ini tak tampak batang hidungnya. Istrinya juga tak terlihat keberadaannya.

Aku menduga ia adalah anak dari pak tua, mungkin anak pertamanya. Sebab wajahnya mirip dengan istri pak tua. Tentu saja yang ini tampak lebih cantik dan muda.

Karena penasaaran, aku memberanikan diri untuk bertanya. Menghilangkan dugaan yang lebih dekat dengan prasangka. Sebagian prasangka itukan dosa ya…

“Mbak ini, anaknya ibu yang punya warung ya?” ia agak kaku mengambil nasi tidak sereflek pak tua dan istrinya. Nampaknya ia tak terbiasa.

“Emang kenapa?” hey hey ia bahkan berhenti dan memandangku.

“Hm… nggak… kok mirip sama ibu (pemilik warung). Lah ibu kemana?” aku balik bertanya.

“Tuh lagi tidur!” ia menunjuk tikar yang tergelung di dekat dinding. Olala ku kira itu gulungan tikar biasa. Rupanya itu adalah tameng untuk menutupi badan melar ibu yang terbujur tidur.

“Bukan… saya ini kakaknya dia (ibu yang punya warung)”

Haaa… saya agak syok dengan jawabannya.

“Subhanallah… mosok sih bu?” saya merubah panggilan yang tadinya mbak jadi bu. Merasa tidak sopan.

“Kok bisa ya… apa rahasianya, bisa tetap awet muda” penasaranku bertambah.

“Nggak ada… saya juga nggak melakukan perawatan apapun” kilahnya.

“Jaga pola makan ya?”

“Nggak juga… saya makan apa aja kok…”

“Ooo… berapa usianya sekarang, bu?”

“45 tahun” ia menyendok gulai kikil keatas nasi

“Awet muda itu anugrah mba… iya, beneran! Adik saya itu kan nikah sama orang tua. Beda usia mereka seperti bapak dengan anak. Makanya adik saya (ibu pemilik warung) kayaknya nyetel sama suaminya”

“Ooo… begitu” aku tercengang dengan jawabannya. Ya… awet muda itu anugrah. Ini mematahkan alibiku yang sering menyandarkan bahwa awet muda itu bisa diupayakan.

Aku sendiri sering kegeeran soalnya sering disangka masih awal kepala dua padahal tahun ini sudah menapaki kepala 3. Kegeeran serasa masih muda saja, padahal mah sudah tua.

Iya, awet muda itu anugrah teman. Ada banyak orang dengan wajah bermutu (bermuka tua) padahal masih muda. Sebaliknya, ada banyak orang yang masih tampak muda padahal mah sudah tua.

Seorang kenalan baru menyangka aku dan suami adalah pasangan nikah dini, padahal usia pernikahan kami sudah masuk angka tujuh. Nah lho…

Awet muda itu anugrah, jadi nggak usah kegeeran deh. Sebenarnya yang paling esensi bukan terletak pada “Tampak Muda” sebagai wjud dari awet muda. Namun esensinya ada pada seberapa barokah usia kita.

Meski tampak awet muda tapi kalo usianya di pakai buat maksiyat ya… itu namanya bencana bukan lagi anugrah.

Rasulallah saw bersabda “Sebaik-baik kalian adalah pemuda  yang menyerupai orangtua dan seburuk-buruk kalian  adalah  orang tua yang menyerupai anak muda”

Menurut saya, penyerupaan ini bukan dalam arti fisisk. Namun penyerupaan ini lebih kepada penyerupaan perilaku atau  pola sikap dan penyerupaan kebijaksanaan atau pola pikir. Biasanya, orangtua, karena pengalamannya sudah banyak maka tingkah lakunya semakin tertata. Kata-katanyapun semakin bijaksana.

Aku jadi teringat profil pak tua dalam novel "aku, kau dan sepucuk angpau merah" karya bang Tere Liye. Kira-kira seperti itulah gambaran orang tua semestinya. 

Sementara pemuda biasanya cenderung emosional dan sedikit gegabah. Nah, berdasar hadis di atas,  yang terbaik bukan yang paling awet muda. Yang terbaik adalah yang masih muda namun bijaksana seperti orang tua.

Sebaliknya yang paling buruk justru yang sudah tua berlagak macam anak muda. Tua-tua keladi makin tua makin menjadi.

Karena awet muda itu adalah anugrah maka jangan ambil pusing dengan penilaian manusia terhadap tampang kita. Tampak lebih tua dari usia atau justru dikira awet muda. Yang harus bikin kita pening justru adalah apakah kita sudah terkategori dalam hadis rasulallah di atas?

Apakah kita sudah mewarisi kebijakan orang tua yang menerka mereka sebentar lagi akan tiada. Sehingga menyiapkan amalan terbaik untuk menghadap-Nya. Atau kita masih terlena dengan puja dan puji manusia sehingga membuat kita lupa bahwa dunia ini fatamorgana. Lupa menyiapkan bekal pulang. Lupa menjadi yang terbaik amalnya di hadapan Allah. Lupa bahwa tujuan kita hidup bukan sekedar jumawa dengan tampang yang awet muda.

Belajar menjadi sebaik-baik manusia

Siwalankerto, 02 Mei 2014, 23:17

Related

Dakwah 6633702803821010075

Post a Comment

emo-but-icon

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item