Tips Menghadapi Anak yang Susah Makan

Tips Menghadapi Anak yang Susah Makan

Anak Ogah Makan
Updated 4 Agustus 2015

Piring berisi nasi, sayur bayam dan ayam goreng itu utuh. Jilan sama sekali tak mau menyentuhnya. Badannya kurus. Posturnya yang tinggi semampai membuat jilan semakin tampak kurus saja.

Bukan karena dia anak orang tak punya. Ayahnya seorang dosen di Universitas Lampung. Kehidupan mereka bahkan tergolong kelas menengah ke atas. Semata karena ia susah makanlah menjadikannya kurus.

Saya memasuki rumah itu untuk kesekian kalinya. Betapa gembiranya Uni Wita (ibunya Jilan) melihat kehadiran saya. Acap kali, Jilan jadi doyan makan bahkan bersemangat saat saya suapi. Saya juga tak tahu kenapa.

"Asiiik bulek Nisa datang," serunya. Iapun segera menghambur, tersenyum dan seperti biasanya kami cerita ngalor-ngidul. Uni Wita segera menyerahkan piring di tangngannya yang berisi nasi, sayur bayam dan ayam goreng tersebut agar saya membantunya menyuapi anak pertamanya itu.

Saya mulai mengarang cerita. Dengan mimik dan intonasi yang menarik perhatian Jilan. Kadang berbisik kadang tinggi. Kadang komat-kamit tanpa suara kadang menggelegar. Tak jarang Jilan terbahak-bahak melihat ekspresi saya yang lebih mirip badut ketimbang seorang akhwat manis. hehe.

“Tut… tuuuut… Sebuah kereta api datang membawa gerbong… Gerbong pertama berisi nasi...” Tanganku mulai menyendok nasi, sedikit. Kuletakkan di pojok sendok dekat gagang.

“Gerbong kedua berisi gulai bayam...” Di depan nasi saya taruh sedikit sayur bayam.

“Dan gerbong ketiga berisi ayam goreng...” secuil ayam goreng saya letakkan di pucuk sendok.

“Eh ini kereta mau ke terowongan bawah tanah nih…" saya mulai memutar sendok mengitari kepala Jilan. Jilan berputar mengikuti gerakan sendok.

“Sayang sekali dia tersesat…” sendok diarahkan menuju mulut saya yang terbuka.

“Ups salah...! Bukan ini terowonganya…" sendok kembali bergerak, sekarang menuju mulut Jilan yang tersenyum. Gigi-giginya yang putih tampak berjajar.

“Hai, apakah ini terowongan yang benar?” Tanya saya penuh intonasi. Jilan tertawa. Rambutnya yang hitam keriting bergoyang-goyang.

“Iya, benar!” Jawab Jilan. Seketika ia membuka mulutnya dan satu suapan berisi nasi, sayur bayam dan ayam goreng pun sukses masuk mulutnya. Saya bersorak. Bertepuk tangan. Dan memberikan ucapan selamat kepada sendok yang sudah kosong. Jilan tertawa senang sambil mengunyah makanan.
Begitulah seterusnya. Saya terus bermain imajinasi saat menyuapi Jilan. Hingga 15 menit kemudian, piring tadi sudah kosong.

Itu waktu saya masih lajang. Lupa tahun berapa, sekitar tahun 2006 tampaknya. Sekarang, Jilan sudah besar. Sejak kepergian keluarga Jilan ke negeri Sakura (Jepang), aku nyaris tak bertemu lagi dengannya.

Setelah saya menikah dan dikaruniai dua orang anak perempuan, saya juga menghadapi permasalahan yang sama. Naufa dan Naura, meski keduanya lahir dari rahim yang sama, namun perangai dan tabiatnya sangat berbeda. Naufa agak susah makan. Sementara Naura, makanan apa saja langsung diembatnya. Naura badannya padat berisi. Sementara Naufa kurus meskipun tinggi.
Seperti pagi ini, Naufa ngambek tidak mau makan bubur kacang hijau. Persoalannya sepele. Hanya karena Naura disuapi duluan.

“Naufa nggak mau makan! Males! Sudah dimakan adek!” Wajahnya melengos, bibirnya manyun dan matanya melirik kesal pada bundanya.

“Bunda itu yang salah! Kenapa adek duluan…” Ia keluar ruang makan berdiri mematung di depan pintu.

“Lah… tadi, bunda kasih mbak Naufa duluan, Mbak Naufa nggak mau… gimana to nduk…”

Sebenarnya saya kesal juga. Setiap kali makan, ada saja yang dijadikan Naufa alasan untuk ogah makan. Nggak mau pake sayur lah, nggak mau pake telor lah, maunya pake kecap aja, udah dipegang adek lah, pake piring yang itu lah, dan lain-lain.

Kesel karena sudah capek masak, ealah... yang dibuatin masakan ngambek. Apakah aku harus memakai cara para tetangga yang memaksa anaknya makan dengan bentakan dan omelan. Mungkin Naufa akan patuh.

Namun di sisi lain, aku ngeri melihat dampaknya. Anak-anak tetangga yang dipaksa makan dengan ancaman, omelan, bentakan bahkan pukulan fisik. Rata-rata mereka kurang berkembang kecerdasannya. Tetanggaku, sebut saja namanya Ratna, sama ibunya kerap dibentak dan dihardik. Sekarang ia sudah SD kelas satu namun bicaranya masih susah. Lancar Naufa yang baru 4 tahun.

Ini tidak bermaksud membandingkan, tapi orang tua harus berfikir ulang jika mau mengambil gaya mengasuh ala kolonial belanda. Rugi. Asli. Rugi masa depan. Bukankah anak adalah investasi masa depan?

Saya diam. Menetralisir rasa kesal bercampur lelah. Saya tetap harus tenang menghadapi Naufa.  Saya harus sabar. Saya harus bisa. Dengungan hati menari-nari.

Apa yang bisa saya lakukan agar makanan ini masuk ke mulut Naufa. Saya menghampirinya yang tengah mematung. Naura mengikuti dari belakang dan menarik-narik jilbab saya.

“Bunda mau lagi Bunda… adek mau lagi!” Naura merengek minta disuap.
Akhirnya saya menuapi Naura lagi sambil memulai aksi kali ini.

“Waaaaah… aku senang sekali bisa masuk ke perut naura.” Suara nyaringku menggema. Satu sendok meluncur ke mulut Naura yang menganga. Naura tersenyum geli melihat ekspesiku. Sendokan kedua masih ada di tanganku. Seharusnya  giliran Naufa. Tapi dia masih ngambek.

“Huhuhuhu… Bunda… Aku sebenarnya mau masuk perut mba Naufa… Tapi… Tapi… Mbak Naufa nggak mau Bunda… Huhuhuhu... Aku sedih sekali.” Suaraku sedikit mengiba dengan ekspresi menangis.

“Sabaaar… bubur jangan nangis! Ayo berdoa sama Allah… Supaya mbak Naufa yang baik hati mau makan kamu, biar kamu nggak sedih lagi! Mbak Naufa kan baik hati.” Suaraku berganti menjadi suara asli yang bijak memberi motifasi.

“Gitu ya, Bun… Ya Allah… Bukakanlah hati mba Naufa yang baik ya Allah… Agar mbak Naufa mau memasukkan aku ke dalam perutnya. Aku sudah kangen dengan perut mba Naufa. Nanti… Nanti aku janji, akan jadi nutrisi untuk badannya. Biar mba Naufa jadi besar… Kumohon ya Allah…” Suara saya berubah lagi mengiba-iba.

Orang-orang yang hilir mudik di depan rumah senyam-senyum melihat ulah saya. Mungkin mereka pikir ini percuma. Malah tampak seperti orang gila. Bicara sendiri dengan nada berganti-ganti.

“Bunda, adek mau lagi, Bunda…” Naura menarik-narik kerudungku. Sementara Naufa masih dalam kemanyunannya.

“Ya udah deh, bun… kalau mba Naufa nggak mau… aku masuk perut adek Naura aja…”

“Iya deh…” Suapan kedua akhirnya masuk ke mulut Naura lagi.

“Horeeeeee! Asiiiiiik! Aku bisa masuk perut Naura… Ketemu sama lambung, terima kasih adek Naura…” Suaraku melengking tinggi, kegembiraan terpancar di wajahku yang tersenyum lebar melihat Naura mengunyah makanan.

Tiba-tiba Naufa sudah ada di belakangku. Bergelanyut di punggung sambil membuka besar-besar mulutnya.

“Subhanallah… Alhamdulillah… Allah sudah mengabulkan doa kita, bubur… Lihat! Mbak Naufa menunggumu tuuuuh!” Tak terasa mata saya berkaca-kaca. Ternyata Naufa tak sekeras yang saya duga.

“Alhamdulillah… Asiiik… Aku bisa masuk perut Mbak Naufa. Aku senaaaaaang sekali… Terimaksih mbak Naufa!” Suapan ketiga masuk ke mulut Naufa.

Begitu seterusnya. Hingga sepiring bubur kacang hijau lenyap tak bersisa. Naufa tersenyum hingga akhir suapan. Sesekali bercanda dengan Naura berebut suapan.

* * *

Kadang, sebagai orang tua kita dibuat kelimpungan dengan anak-anak yang sulit makan. Tak jarang rasa kesal juga menyertainya. Dampaknya, anak-anak jadi pelampiasan kekesalan kita. Nah, bagaimana menghadapi anak yang sulit makan? Simak celoteh saya berikut ya…!

Tips Menghadapi Anak yang Susah Makan


Pertama, pastikan anak benar-benar sedang dalam kondisi lapar
Sebagaimana orang tua, anak-anak juga akan lahab makan kalau dalam kondisi lapar. Apa pun makanan yang dihidangkan.

Ada baiknya mengatur jam makan anak secara disiplin. Misalnya sarapan jam 07.00 pagi, makan siang jam 12.00 siang, dan makan malam jam 18.00 petang. Jadwal ini akan membiasakan sistem pencernaan anak dengan ritme yang sama. Disiplin dengan jadwal ini juga akan menghindarkan anak dari sakit lambung (maag, typus).

Kedua, jangan biasakan jajan
Anak-anak yang sudah terbiasa makan jajan biasanya rentan dengan gangguan nafsu makan. Makan nggak mau, tapi jajan melulu. Selain memboroskan uang, kebiasaan ini juga berdampak pada selera makan hingga ia besar.

Saya punya tetangga, Jordi namanya. Sudah kelas 5 SD, badannya kurus kering. Meski sudah besar, tapi ia sulit sekali makan. Rupanya ia punya kebiasaan jajan yang cukup mengkhawatirkan. Pagi-pagi nggak mau sarapan, rupanya ia jajan di sekolahan. Makan siang dibelikan bakso, makan malam dibelikan mie ayam. Sehari-hari seperti itu. Ia bahkan lebih mirip pecandu narkoba karena badannya yang super kurus.

Kasihan sekali saya dibuatnya. Tak jarang ia sakit maag akut. Sayang, kesadaran dan kesabaran orang tuanya terkalahkan oleh dominasi keinginan anaknya.

Ketiga, buatlah camilan khusus yang tidak mengenyangkan
Naufa dan Naura memang saya biasakan untuk tidak jajan. Semenarik apa pun jajanan itu. Saya selalu menanamkan bahwa jajan itu pemborosan, selain juga tak sehat.

Karenanya, saya menggantikan jajanan dengan camilan yang saya buat sendiri. Seperti wingko babat, onde-onde, bakwan, bolu kukus dll.

Yang perlu dicatat saat membuat camilan adalah bahwa porsi camilan hanya sekedar selingan. Bukan makanan inti. Anda ingin tahu tips membuat camilan yang digandrungi anak-anak? Silahkan baca artikel: Tips Membuat Wingko Babat Enak.

Camilan ini diberikan pada waktu yang agak jauh dari jadwal makan. Misalnya jam 9.00 pagi dan jam 14.00, sehingga pada waktu makan, mereka memang masih lapar.

Keempat, jangan berikan susu formula sesaat sebelum jadwal makan
Susu formula berbeda dengan air putih. Ia memberikan efek kenyang setelah meminumnya. Susu formula diberikan berbarengan dengan camilan, sesaat sebelum atau sesudahnya. Dosis pemberiannya juga tidak boleh kebanyakan. Ada lho, anak yang nggak doyan makan karena pemberian susu formula yang berlebihan.

Kelima, variasikan menu makanan
Bisa jadi anak-anak tidak nafsu makan karena menu makanan yang membosankan. Karenanya, buatlah daftar menu yang selalu berubah.

Jangankan anak-anak, kita saja bisa bosan dengan sesuatu yang itu-itu melulu. Suatu saat nanti akan saya buatkan Tips Menyusun Menu Masakan. Insya Allah…

Keenam, jangan paksa anak makan
Kalau anak tidak suka dengan makanan tertentu, jangan paksa ia untuk memakannya. Sekalipun makanan itu baik untuk kesehatannya.

Paksaan yang disertai ancaman akan menimbulkan trauma jangka panjang. Gangguan nafsu makan bahkan akan berlanjut hingga ia dewasa jika kita memaksakan apa yang tak disukainya.

Ada baiknya, sebelum makan anda ceritakan dulu secara menarik makanan baru yang anda buat. Kelebihannya jika dikonsumsi. Dan lain-lain agar anak tidak antipati dengan menu baru yang bervariasi.

Ketujuh, berceritalah
Ada saat-saat tertentu dimana anak-anak tidak doyan makan karena sedang bad mood. Berceritalah seperti kisah saya di awal pembuka catatan ini.

Jam makan jangan dibuat kaku. Analogikan makanan dan alat-alat makan dengan imajinasi yang bisa mereka bayangkan. Mereka akan senang sekali, bahkan menunggu saat makan karena menganggap jam makan adalah jam istimewa.

Kedelapan, berikan suplemen
Untuk membantu menambah nafsu makan, bisa diberikan supplemen makanan. Cuma, harus hati-hati memilih supplemen. Kedua putri saya pun, saya beri supplemen, yaitu: Vitabumin Nutrisi Tumbuh Kembang Anak. Salah satu kandungan dari madu anak vitabumin adalah temulawak yang berkhasiat menambah nafsu makan. Yang paling penting lagi adalah kandungan protein albumin dari ikan gabus yang membuat pertumbuhan fisik anak menjadi lebih cepat.

Naufa dan Naura alhamdulillah cocok dengan vitabumin. Nafsu makannya meningkat. Yang tadinya pilih-pilih makanan, setelah konsumsi vitabumin, tidak seperti itu lagi. untuk mendapatkan vitabumin yang asli anda bisa dapatkan di www.distroherba.com Distributor Herbal Pilihan.

* * *

Demikianlah Tips Menghadapi Anak yang Susah Makan yang bisa saya ceritakan. Tips ini saya sarikan dari pengalaman pribadi. Jika anda punya tips lain saya akan senang sekali bila anda berkenan membaginya di kolom komentar. Terimakasih telah membaca artikel saya kali ini.[]

Related

Parenting 8688840917712586900

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item