Kendalaku dalam Menulis

Kendalaku dalam Menulis

Kendala dalam Menulis
Writing Block
Pada pelajaran pertama saya ikut pelatihan menulis secara online, saya diminta menuliskan sebanyak mungkin apa saja yang menjadi kendala saya dalam menulis. Berikut ini kira-kira yang membuat saya buntu menulis.

Pertama, malas. Inilah kendala paling besar dalam menulis. Bukan karena nggak punya ide untuk ditulis. Tapi karena malaslah saya jadi enggan menulis. Padahal target nggak nanggung-nanggung.

Saya memaksa diri untuk menulis 1000 kata perhari. Namun karena sering dikunjungi malas, target satu bulan 30.000 kata paling hanya tercapai setengahnya. Ini pencapayan yang masih dibilang mendingan. Kalau malasnya akut, bisa-bisa sebulan cuma 5000 kata. toeng!

Obat malas satu-satunya adalah mengerjakannya. Kenapa saya ambil kursus menulis online? Salah satunya karena ingin mendisiplinkan diri. Membuang jauh-jauh rasa malas. Kalau ada gurunya kan jadi ada yang memantau, ada yang mengevaluasi, ada yang mengarahkan.

Kedua, sibuk dengan sosial media. Dalam sehari, saya menetapkan waktu 3 jam untuk menulis. Biasanya dini hari, jam 2 sampai jam 5 pagi. Karena waktu tersebut sangat tepat menurut saya. Tak ada suara rengekan anak-anak, pertengkaran, dan lain-lain. Sayangnya, begitu bangun dan menghidupkan laptop saya malah tertarik untuk online membuka jejaring sosial.

Kalo saya sudah buka facebook biasanya 3 jam itu ya cuma saya habiskan berselancar kesana-kemari. Membaca status orang lain di wall saya. Berkomentar. Membaca berita dan lain sebagainya.

Kegiatan bersosial media telah mencuri waktu yang telah saya alokasikan untuk bisa fokus menulis. Kenapa ya, seperti ada magnet untuk terus membukanya.

Ketiga, kehilangan kata-kata. Pernah saya senang sekali pas jaringan internet lemot gak nanggung-nanggung. Dalam hati saya, inilah waktunya saya menulis. Akhirnya saya buka aplikasi Microsoft word. Ide yang ingin saya tuangkan juga sudah ada. Sayangnya, saya justru kehilangan kata-kata untuk mengungkapkannya. Meski begitu, saya tetap memaksa mengetik apapun walaupun itu bukan terkait dengan ide saya. Tapi sampai dua jam mematut di depan laptop, tetap saja saya kehilangan kata-kata. Kalau sudah begitu. Saya memilih berhenti menulis. Kembali ke alam mimpi.

Keempat, ingin sempurna. Terkadang, kebuntuan menulis justru dipicu oleh rasa ingin sempurna. terbesit dalam hati kalau ide yang akan saya tuliskan ini adalah ide remeh. Nggak penting untuk disampaikan, ya jangan ditulis. Memalukan...

Ketika rasa minder menyergap saya, saya juga berhenti menulis "ngapain menulis beginian". Kadang juga saya pikir saya ingin tampil sempurna. Di kasih apresiasi bagus sama pembaca. seperti penulis-penulis ternama. Perasaan ini, pikiran ini sangat berpengaruh pada diri saya. alih-alih menyemangati. saya justru mandek total jika terus membiarkan pikiran buruk ini ngendon dalam benak.

Ini terjadi biasanya justru setelah saya membaca karya hebat dari penulis tenar. saya sering membanding-bandingkan tulisan saya dengan tulisan keren tersebut. ya iyalah nggak level. malangnya, hal ini justru bikin saya mandek menulis. padahal mah, menulis itukan prosesnya yang dilihat. bukan semata hasil akhirnya. Iya nggak?

Kelima, anti kritik. Mestinya kritik itu bagus ya untuk perbaikan. Namun tidak untuk saya. Begitu ada sedikit saja kritikan masuk terkait artikel itu saya jadi mogok menulis. Merasa tidak berguna.Saya paling nggak bisa di kritik. Menurut saya kritikan itu menyakitkan.

Pada tahun 2007, saya sudah mengajukan 2 naskah buku ke penerbit mentereng di Indonesia. Kabar baiknya, naskah saya diterima. Kabar buruknya, saya diminta mengedit naskah tersebut dengan beberapa masukan.

Awalnya saya mengikuti anjuran itu. Saya mengedit naskah dan saya ajukan ulang. Tapi tetap saja diminta untuk mengedit dengan masukan yang berbeda. Nyerah. Kritikan itu membuat saya menyerah.  Hingga 2011, kegiatan menulis saya berhenti total. Apa pasal, yah… karena dikritik.

Saya jadi malas mengirim artikel ke media massa atau mengajukan naskah ke penerbit. Dulu saya terobsesi sekali ingin menerbitkan buku, tapi tidak sekarang. sekarang, yang terpenting saya menulis dan bisa dibaca sebanyak-banyakya orang. Menuliskan sesuatu yang bermanfaat. Supaya pahala mengalir meski belum menerbitkan buku. Saya lebih suka mempublish sendiri tulisan-tulisan saya di blog pribadi www.bundanaufa.blogspot.com. Tanpa takut ditolak, tanpa takut dikritik.

Inilah 5 hal yang sering menjadi kendala saya dalam menulis. Bagaimana dengan anda? 

Related

Menulis 2311660291533279873

Post a Comment

  1. setelah baca baca tulisan mb ini ,, sepakat mb ini juga yg tengah saya alami...

    tapi satu hal ketika hal hal itu menyerang kita maka sekuat apapun kita harus melepas belenggu itu. Mungkin kita harus menerapkan HABITS ala ustd. Felix mb, 1 tahun insya Allah habits itu akan terbntuk. try yuk...^___^






    salam kenal







    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga mba Nita, iya... kalau konsisten mestinya 1 tahun cukup.semangaaat! :D

      Delete

emo-but-icon

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item