Kekuatan Jiwa di Balik Kekuatan Kata
Begitu berkesan, begitu mendalam, dan selalu terngiang dalam pikiran dan perasaan. Kenapa bisa berbeda ya… terkadang ada seseorang yang menurutku biasa saja, baik dalam keilmuan ataupun dalam hal penampilan. Tapi, kata-katanya begitu kuat berkesan, hingga merinding bulu roma dan bercucur air mata. Ada yang hebat deh ilmu alatnya (bahasa arab, tahsin, ilmu agama lainnya) tapi kata-katanya nggak ada yang nyangkut sedikitpun, bagai angin lalu. Apa yang mempengaruhi perbedaan itu. Apakah ada amalan tertentu yang ia dawwam-kan, sehingga kata-katanya begitu berkesan.
Sungguh, aku ingin menjadi manusia yang kata-katanya berbobot, bisa mencerahkan dan menjadi jalan hidayah untuk orang lain. Baik dalan ucapan lisan atau yang tertuang dalam tulisan. Aku ingin menjadi da’iyah dan penulis yang setiap kata-kata yang meluncur bukan saja indah struktur bahasanya, namun berbobot dan berpengaruh bagi siapa saja yang membaca atau mendengarnya.
Sayangnya, aku masih jauh dari target itu. Proses yang aku lalui masih sangat panjang. Bekal yang aku milikipun begitu kurang. Lantas apa yang aku andalkan? Semangat untuk terus berbenah. Ya, mungkin itulah satu-satunya harapan. Bertahan sembari terus berharap dan berupaya mengoreksi diri.
Kekuatan jiwa tentu sangat berpengaruh di sini. Niatan awal yang suci akan memuluskan panjangnya proses yang akan ku tapaki, selangkah demi selangkah. Kini, aku mengazamkan diri untuk terus berubah. Mulai dari bersihnya quwwah yang melatarbelakangi setiap amal hingga keterjagaannya dari pelencengan niat.
Teruslah berproses wahai diriku, agar harimu lebih baik lagi…
Setelah HS tentang Thoriqah Fi-aldarsi
Surabaya, 17 September 2011
Sungguh, aku ingin menjadi manusia yang kata-katanya berbobot, bisa mencerahkan dan menjadi jalan hidayah untuk orang lain. Baik dalan ucapan lisan atau yang tertuang dalam tulisan. Aku ingin menjadi da’iyah dan penulis yang setiap kata-kata yang meluncur bukan saja indah struktur bahasanya, namun berbobot dan berpengaruh bagi siapa saja yang membaca atau mendengarnya.
Sayangnya, aku masih jauh dari target itu. Proses yang aku lalui masih sangat panjang. Bekal yang aku milikipun begitu kurang. Lantas apa yang aku andalkan? Semangat untuk terus berbenah. Ya, mungkin itulah satu-satunya harapan. Bertahan sembari terus berharap dan berupaya mengoreksi diri.
Kekuatan jiwa tentu sangat berpengaruh di sini. Niatan awal yang suci akan memuluskan panjangnya proses yang akan ku tapaki, selangkah demi selangkah. Kini, aku mengazamkan diri untuk terus berubah. Mulai dari bersihnya quwwah yang melatarbelakangi setiap amal hingga keterjagaannya dari pelencengan niat.
Teruslah berproses wahai diriku, agar harimu lebih baik lagi…
Setelah HS tentang Thoriqah Fi-aldarsi
Surabaya, 17 September 2011