Cara Cepat Lunas Hutang

Cara Cepat Lunas Hutang

Pernah punya hutang? Atau sekarang anda sedang pusing dililit hutang. Senang sekali bisa bertemu dengan celoteh saya kali ini soal bagaimana Cara Cepat Lunas Hutang.

Punya hutang itu nggak enak. Yakin deh. Stress. Pikiran acak-acakan. Hidup semrawut. Sekecil  apapun hutang tetap saja namanya hutang. Dia ibarat pisau yang bisa menikam sesiapa yang bermain-main dengannya. Tengoklah hadis berikut ini:



"Berhati-hatilah kamu dalam berhutang. sesungguhnya hutang itu mendatangkan kerisauan di malam hari dan menyebabkan kehinaan di siang hari" (HR. Al-Baihaqi)

Itu benar. Menurut hemat saya yang paling membuat saya galau adalah hutang.

Sebelum masuk kepada pembahasan inti, yaitu cara cepat melunasi hutang, saya ingin bercerita kepada anda semua soal latar belakang kenapa tulisan ini saya buat.

Dulu, saya adalah orang yang banyak hutang. Di usia ke 23 tahun saya menikah. Di usia itu juga hutang saya mencapai angka 23 juta punjul (lebih) sedikit. Angka yang gila untuk seorang wanita lajang seusia saya. Kenapa saya berhutang sebanyak itu. Nanti bisa anda baca di artikel saya yang lain.

Ketika rasa stress itu menjalari pikiran saya, pada saat yang sama juga ada target untuk menikah mendera-dera hati saya. Saya jadi berfikir. Hm… kayaknya enak ya, kalau sudah menikah. Mungkin suami saya kelak bisa membantu saya melunasi hutang-hutang ini. Hehe jadi tumbal gitu ceritanya.

Meskipun ada juga perasaan nggak enak hati. Masak ya tega menjerumuskan suami kedalam stress berkepanjangan ini. Lagian siapa juga yang mau menikahi gadis banyak hutang macam saya. Ah… se bodo teing... paling tidak ada orang lain yang bisa jadi tempat berbagi.

Hutang sebanyak 23 juta itu menyelimuti hati dan pikiran saya. Siang dan malam. Mengalahkan segalanya. 10 juta diantaranya harus segera saya lunasi pembayarannya dalam waktu sminggu ini. Pusiiiiing. Stress. Apa yang bisa dilakukan untuk mendapat dana cair sebanyak itu? Padahal saya tak pegang uang sepeserpun.

Meski sedang pusing saya anti sekali melakukan yang haram. Pasti ada jalan keluar yang halal yang sudah Allah siapkan untuk saya. Saya hanya perlu bersabar. Berdoa dan melakukan upaya maksimal.

Singkat cerita, menikahlah saya dengan lelaki idaman banyak wanita. Cieee… pertandingan ini akhirnya saya yang memenangkan. Saya tak bercerita kepadanya soal hutang-hutang saya yang bejibun saat kami ta’aruf. Saya kuatir dia urung menyunting saya gegara masalah hutang itu. Wah bisa stress dua kali saya kalau itu terjadi.

Saya baru cerita di hari kedua setelah pernikahan kami. Ia tampak kaget dengan cerita saya, tak menyangka ternyata ada yang menyainginya dalam urusan hutang. Namun ia tak menyesal sedikitpun atas cerita hutang-hutang itu. Karena ternyata ia juga punya masalah yang sama. Terlilit hutang sebanyak 15 juta. Wooow… amazing guys!

Saya jadi ketawa-ketawa sendiri kalau inget kejadian waktu itu. Memang kadar jodoh kita itu sekualitas dengan kadar kita ya. Klop sudah! Akumulasi hutang kami nyaris genap 40 juta di usia semuda ini. Saya 23 tahun dan suami 25 tahun. Pasangan yang serasi bukan. Hehe

Tipikal saya dan suami itu agak mirip. Nggak suka kerja  dengan orang lain (jadi karyawan), senangnya usaha sendiri (bisnisman), nekatun (modal nekat doing) dan agak kurang perhitungan dalam rumusan bisnis. Yah... tapi mungkin inilah fase kehidupan yang ditetapkan Allah agar kami lebih matang dalam berbisnis. Hingga kami sampai pada hari ini. Tanpa hutang.

Catatan ini saya buat, setelah kami benar-benar bisa bernafas lega. Tanpa hutang.

Masa bulan madu yang seharusnya dipenuhi bunga-bunga cinta, kami lalui dengan penuh teror. Tiap kali ponsel berdering atau pintu rumah diketuk membuat kami sungguh sangat ketakutan. Saya terutama. Karena masa jatuh tempo hutang saya harus dibayarkan segera. Janji-janji pengunduran telah saya lewati. Dan mereka telah dibuat sebal dengan ulah saya. Satu bulan tiga bulan berlalu tanpa  ada kepastian. Allahu rabbiy… sungguh tertekan orang yang berhutang.

Bisnis suami saya gulung tikar dan menyisakan hutang sebesar 15 juta rupiah. Ternyata bisnis harus punya perencanaan yang matang ya... Tak boleh gegabah mengambil tindakan. Atau kita akan menyesal karena kekeliruan bermula dari kecerobohan.

Tinggal berdua, dalam rumah besar, dengan tumpukan hutang dan tanpa pekerjaan bin penghasilan. Dimasa-masa sulit seperti itu, saya sangat bersyukur menempuh jalan yang tepat, menikah dengan orang yang tepat. Andai saya menikah dengan orang yang sama sekali tak pernah berhutang. Mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin dia akan menyalahkan saya dan menyesali pernikahan itu.

Tapi Allah sungguh luar biasa. Saya dijodohkan dengan orang yang juga punya hutang, agar kami sama-sama bisa merasakan, berempati dan mencari solusi bersama atas problema yang ada.

Apa kata suami saya, ketika rasa takut mulai merayapi diri. Ketika semua cara sudah diupayakan namun juga belum beroleh hasil nyata, ketika rasa putus asa sudah diambang batasnya. Kami duduk berdua, diatas kursi rotan panjang, di depan teras rumah yang lapang, memandang hamparan kebun singkong di pekarangan depan. Kepalaku bersandar dibahunya. Tangannya membelai kerudungku yang berkibar ditiup angin senja. Tanggan kananya menggang erat jemariku. Dan aku menangis sejadi-jadinya.

“Dek..." bisiknya lembut

"Semakin pekat malam, itu pertanda semakin dekat mentari kan bersinar. Pagi datang. Semakin gersang musim kemarau itu pertanda air kan segera mengguyur, musim hujan" ia menarik nafas panjang.

"Allah menggilirkan siang dan malam, kemarau dan musim hujan, agar kita tahu nikmatnya berganti masa dan suasana. Begitu juga Allah menggilirkan suka dan duka. Senang dan sengsara. Agar kita bisa menikmati indahnya saat-saat bahagia. Bahagia baru bisa kita rasakan jika kita telah mencicipi kesengsaraan. Bersabarlah… pasti ada jalan”

Tangisku tambah menjadi-jadi demi mendengarkan nasehatnya. Aku sungguh mencintaimu,Nda… kemarin, hari ini, esok dan selamanya…

Keterdesakan sungguh ajaib. Ia bisa menyulap orang menjadi super kreatif. Untuk menopang kehidupan sehari-hari, kami memutuskan untuk bisnis katering. Lagi-lagi berbekal nekat dan tanya sana-sini tentang resep masakan. Sayalah yang menjadi juru masak utama. Padahal selama ini nggak pernah masak. Katering kami khususkan untuk  mahasiswa, teman-teman suami.

Kami waktu itu mengusung moto katering non vetsin. Keren kan!  Hasilnya lumayan bisa mengganjal perut yang lapar. Tapi untuk membayar hutang nampaknya kami tak bisa mengandalkan usaha ini. Karena cakupannya masih sangat kecil. Akhirnya bisnis ini kami tinggalkan setelah kelelahan siang-malam tak punya waktu luang untuk berfikir kreatif.

Ada sisi positifnya tak jadi karyawan. Yaitu kami tak terikat akad kerja dengan siapapun. Meski banyak sisi negatifnya yaitu sering kelaparan. Hehe… Nah, karena kami tak terikat dengan akad kerja dengan siapapun, maka kami leluasa kemana-mana.

Pergi dari satu toko buku ke toko buku yang lain. Jalan-jalan ke perpustakaan daerah, silaturahmi ke saudara, silah ukhuwah ke teman-teman dalam rangka mencari inspirasi. Membaca buku-muku inspiratif dan lain sebagainya.

Hingga ide itu muncul. Yap, ide kreatif menurutku. Karena waktu itu belum ada yang melakukannya. Ide ini terinspirasi dari seorang teman, bu Dewi namanya yang menawari kami arisan jati. Ia biasa mengumpulkan 10 orang untuk arisan kursi ukiran jati.

bersambung ke Tips Cepat Lunas Hutang II

Related

Bisnis 1988316334679143659

Post a Comment

emo-but-icon

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item