Tips Agar Tetap Sehat
Sakit dan Sehat adalah pilihan—Sudah lama saya ingin membuat artikel dengan tema ini. Diawali dengan keprihatinan terhadap kondisi rekan-rekan yang mengabarkan bahwa keluarganya sedang sakit.
Anaknya, suaminya, dan dirinya sendiri mengalami sakit yang berulang. Langganan ke dokter dengan resep bejibun yang harus diminum secara teratur. Miris, karena ada sebagian orang yang malah menyalahkan ketentuan Allah. Katanya: “Sakit adalah takdir, mau gimana lagi...”
Namun, kali ini sayalah yang benar-benar menjalaninya. Rasa mual mendorong saya untuk memuntahkan semua isi perut tak bersisa. Hilang selera makan yang selama ini menggebu-gebu. Segala macam makanan sungguh terasa hambar. Suami tercinta membujuk saya untuk makan apa yang diinginkan. Tapi sayang, “Saya benar-benar tidak mood Nda...”
Meski sadang tak enak badan, saya paksakan juga untuk hadir di kelas menulisnya pak Eko Prasetyo di SSW, Jemursari-Surabaya. Sudahlah datang terlambat, tak dapat pula saya ikuti sesi belajar kali ini karena rasa mual ini semakin menggila.
Biasanya no problem dengan AC. Namun kali ini saya terpaksa request ke pak Eko agar mengurangi tingkat kedinginannya. Itupun saya harus bolak-balik ke toilet untuk memuntahkan apa yang tersisa di lambung. Innalillahi wainna ilayhi raaji’un...
Oalah... baru kemaren saya membatin rekan-rekan yang sedang sakit, giliran sekarang saya yang merasakannya. Mungkin inilah moment agar saya benar-benar bisa menulis artikel ini. Karena, sesuatu yang langsung saya rasai biasanya nulisnya juga flow, mengalir.
By the way, kenapa sih kok bisa sakit. Berhentilah menyalahkan takdir teman. Karena Allah sudah mewanti-wanti jauh hari tentang hal tersebut.
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As Syuura : 30)
“Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisaa’ : 79)
Nah... Jadi, salah sekali kalau kita mengkambing-hitamkan takdir Allah ketika sakit itu datang. Sebab sebelum kita sakit, kita disodorkan berbagai pilihan. Mau menjalani sesuatu yang membuat hidup tetap sehat atau mau menghabiskan usia sebagai pesakitan. It’s absolutelly up to us.
Lagipula Allah telah mengharamkan diri-Nya bersikap dzalim kepada hamba-Nya
"... dan kamu tidak akan dianiya (oleh Allah) walau sedikitpun". (QS. An Nisaa’ : 77)
"... dan Kami tidak sekali-kali berlaku dzalim." (QS. Asy Syu'araa' : 209)
Jadi sebenarnya apa yang salah dengan kita. Kenapa sakit sering kali menghampiri kita. Inilah yang ingin saya tuangkan dalam tulisan kali ini.
Kenapa bisa sakit.
Coba lakukan analisa, kenapa sakit bisa datang. Kalau frekuensi kehadirannya jarang, tidak masalah. Mungkin memang sedang ada virus yang menyebar sementara sistem imun tubuh kita sedang down. Tapi kalau frekuensi kehadirannya hampir setiap minggu. Wah ini berarti ada kesalahan sistemik.
Mari jujur melihat pola hidup kita. Maksudnya bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari. Ini terkait pola makan, pola tidur, pola minum, pola BAB, dan pola-pola lainnya.
Alhamdulillah, kami sekeluarga jarang sekali sakit. Kalaulah sakit, hanya keluhan ringan yang segera hilang setelah back to pola hidup sehat. Dua putri kami, Naufa dan Naura hampir tidak pernah dibawa ke dokter, puskesmas, mantri apalagi mbah dukun.
Padahal sebelum menikah, baik saya maupun suami sering sekali berobat. Malah sempat dirawat di rumah sakit. Masya Allah... Setelah menikah, saya dan suami bertekad untuk menjalani pola hidup sehat. Agar kualitas kehidupan kami bisa meningkat dari aspek kesehatan.
Sejak itulah, kami rajin mengumpulkan sekaligus membaca buku-buku tentang kesehatan populer karya dokter-dokter kelas internasional, nasional maupun lokal.
Sebut saja Dr. Hiromi Shinya, yang tenar dengan buku The Miracle of enzim. Juga buku tentang air yang dikarang oleh Dr. F. Batmanghelidj, M.D. Juga bukunya Dr. Hendrawan Nadesul dan buku-buku lain yang membuat kami melek pola hidup sehat.
Pola hidup sehat itu penting sekali. Resepnyapun sederhana sekaligus murah. Sayangnya untuk memulainya harus berdarah-darah. Buat yang tidak tahan, siap-siap saja menangis. Lebaynya...
Yang unik menurut saya, bahwa ternyata sebagian besar yang diinformasikan dalam buku-buku kesehatan populer tersebut telah dipraktikkan oleh teladan terbaik kita, rasulallah Muhammad saw. Meski ada beberapa informasi yang memang harus kita filter. Artinya, Rasulallah itu memang qudwah hasanah.
Pola hidup sehat akan menjadikan sistem kekebalan tubuh kita kuat. Nah, kalau sudah kuat, penyakit seperti apapun, tidak akan mudah menyerang tubuh kita.
Pola hidup sehat yang kami jalani sebenarnya masih jauh sekali dari ideal. Karena kami memang sedang berproses setahap demi setahap. Sementara ilmu tentang pola hidup sehat sangat luas. Jelas tidak mungkin bisa dibandingkan dengan kapasitas keilmuan kami yang dangkal.
Dalam tulisan kali ini saya hanya ingin menshare pengalaman pribadi kami selama ini, yang mungkin bermanfaat buat rekan-rekan sekalian.
Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Kalimat ini benar adanya. Jika sakit dapat kita hindari dengan mengupayakan maksimalisasi pola hidup sehat, kenapa harus tetap ngeyel dengan pola hidup yang tidak sehat. Dari membaca buku-buku tentang kesehatan, mungkin inilah beberapa pola yang bisa kita terapkan.
Pertama, Pola minum air. Biasakan untuk minum air putih segera setelah bangun tidur. Minimal 2 gelas ukuran 200cc. Air akan menghidupkan kembali sel-sel yang nyaris mati karena dehidrasi selama kita tertidur. Air putih juga akan mencuci saluran cerna sebagaimana kita mencuci perabot masak setelah digunakan.
Minum 1 gelas air putih selang 1 jam sebelum sarapan / makan siang / makan malam. Jangan minum air bersamaan dengan atau tepat setelah makan besar. Kebiasaan ini akan memperlambat proses kimiawi dalam lambung. Dampaknya, akan terjadi pembusukan bubur makanan. Minum air lagi setelah 2 jam sarapan / makan siang / makan malam.
Oya, besaran kebutuhan air masing-masing orang berbeda satu sama lain lho. Hal ini terkait dengan berat badan seseorang. Sehingga yang kurus kebutuhan airnya berbeda dengan yang gemuk. Jadi kurang tepat jika disamakan kebutuhannya menjadi 8 gelas perhari. Akan saya buat artikel khusus yang berbicara tentang ini suatu saat nanti, insya Allah.
Perhatikan juga kualitas air minum yang kita konsumsi. Jangan sampai mengandung mineral-mineral yang merugikan kesehatan. Hidup zaman yang penuh dengan polusi seperti sekarang ini, memang sangat sulit mencari sumber air yang baik. Karnanya berhati-hatilah.
Kami sendiri, memilih untuk membeli air mineral yang terjamin kualitasnya. Karna kualitas air akan berefek pada kualitas kesehatan. Tak mengapa mengeluarkan budget yang sedikit lebih mahal.
Intinya, jangan sampai tubuh kita dehidrasi gara-gara kurang konsumsi air. Karna air itu segalanya. Kita bisa bertahan hidup tanpa makan selama 7 sampai 8 minggu (catatannya: masih minum air) tetapi tidak jika kita kekurangan air.
Mengutip salah satu ungkapan Dr. F. Batmanghelidj, M.D: “ Anda tidak sakit, anda hanya kurang minum air”.
Kedua, Pola makan. Ini adalah unsur kedua setelah asupan air tercukupi. Sebisa mungkin masak sendiri di dapur sendiri. Mengutip kata Dr. Hendrawan Nadesul, kira-kira bunyinya “Kesehatan anda ada di dapur anda bukan di restoran mewah”.
Kalau beli makanan di warung atau restoran belum tentu terjamin kehalalan dan kehigienitasan makanannya. Saya sendiri, memaksa diri agar selalu masak sendiri setiap hari. Meski merepotkan (karna punya 2 balita dan tidak punya pembantu) namun inilah harga yang harus dibayar mengingat masa depan kesehatan keluarga begitu penting.
Meskipun masak sendiri, patut dicatat, untuk tidak masak yang instan-instan. Misal masak mie instan, sarden instan, bumbu instan, santan instan dan lain-lain yang serba instan. Hilangkan kebiasaan penggunaan penyedap rasa / MSG / vetsin apapun bentuknya.
Kurangi penggunaan minyak jenuh. Sebisa mungkin menu yang melibatkan minyak goreng dan santan kental diminimalkan. Misalnya seminggu sekali, sebulan sekali atau bahkan setahun sekali. Tidak tahankan? Iya, diawal-awal menjalani pola ini, saya sungguh tersiksa. Buatlah masakan yang direbus atau dikukus.
Komposisi masakan juga harus diperhatikan. Kandungan gizi yang seimbang dan sesuai takaran. Misal, untuk anak-anak batita dan balita memang membutuhkan asupan protein yang cukup banyak. Namun tidak dengan orang dewasa.
Protein untuk orang dewasa kebutuhannya sangatlah minim. Begitu juga dengan karbohidrat. Kami biasa makan nasi putih yang dicampur dengan beras merah atau nasi jagung. Perbanyak makan Sayur mayur dan buah-buahan.
Begitu juga cara pengolahannya. Cucilah sayuran sebelum dipotong. Karna jika dicuci setelah dipotong, akan banyak zat yang larut oleh air. Jangan memasak sayuran lebih dari 10 menit. Jika sayuran sudah dapat dikonsumsi tanpa harus dimasak, tentu ini akan baik sekali. Oya, variasikan juga menu sayur setiap harinya, biar tidak bosan.
Makan buah sangat dianjurkan saat perut dalam kondisi kosong. Paling dianjurkan makan buah langsung dikunyah sendiri. Maksudnya bukan dibuat jus. Perpaduan air liur dan enzime yang ada pada buah akan sangat mengagumkan. Detail penjelasannya baca sendiri ya di bukunya Dr. Hiromi Shinya. Selain itu, kalau dikunyah sendiri maka seluruh serat terserap optimal.
Terlarang makan buah atau jus setelah makan besar. Efeknya akan terjadi pembusukan bubur makanan di dalam lambung. Dan ini fatal akibatnya. Insya Allah nanti saya kupas tuntas dalam artikel yang lain. Agar artikel ini tak lari kemana-mana alias mbulet. hehe
Makanlah saat lapar dan cukupkan sebelum kenyang. Jangan sampai terjadi sendawa. Karena selain tidak sopan, juga tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk udara. Padahal kata Rasulallah, lambung itu dibagi menjadi tiga. Sepertiga terisi makanan, sepertiga terisi minuman, sepertiganya terisi udara. Nah, kalau udaranya sampai terdorong keluar artinya tidak ada lagi ruang dilambung kita. Jok kemaruk po-o...
Ketiga, pola jajan. Sebaiknya belilah jajanan halal dan sehat untuk keluarga. Jangan biasakan keluarga ngemil sesuatu yang kurang bermanfaat untuk tubuh. Misal: snack, coklat, permen, wafer, biskuit dan lain-lain. Mendingan juga beli jajan misalnya pisang ambon, salak, jeruk, duku, apel dan lain sebagainya. Harganya sama mahalnya. Tapi tidak sama kualitasnya.
Hm... kayaknya itu dulu ya yang bisa saya bagikan. Next time tema sakit dan sehat adalah pilihan part 2 insya Allah akan saya lajut tuliskan. (Bunda Naufa)
Anaknya, suaminya, dan dirinya sendiri mengalami sakit yang berulang. Langganan ke dokter dengan resep bejibun yang harus diminum secara teratur. Miris, karena ada sebagian orang yang malah menyalahkan ketentuan Allah. Katanya: “Sakit adalah takdir, mau gimana lagi...”
Namun, kali ini sayalah yang benar-benar menjalaninya. Rasa mual mendorong saya untuk memuntahkan semua isi perut tak bersisa. Hilang selera makan yang selama ini menggebu-gebu. Segala macam makanan sungguh terasa hambar. Suami tercinta membujuk saya untuk makan apa yang diinginkan. Tapi sayang, “Saya benar-benar tidak mood Nda...”
Meski sadang tak enak badan, saya paksakan juga untuk hadir di kelas menulisnya pak Eko Prasetyo di SSW, Jemursari-Surabaya. Sudahlah datang terlambat, tak dapat pula saya ikuti sesi belajar kali ini karena rasa mual ini semakin menggila.
Biasanya no problem dengan AC. Namun kali ini saya terpaksa request ke pak Eko agar mengurangi tingkat kedinginannya. Itupun saya harus bolak-balik ke toilet untuk memuntahkan apa yang tersisa di lambung. Innalillahi wainna ilayhi raaji’un...
Oalah... baru kemaren saya membatin rekan-rekan yang sedang sakit, giliran sekarang saya yang merasakannya. Mungkin inilah moment agar saya benar-benar bisa menulis artikel ini. Karena, sesuatu yang langsung saya rasai biasanya nulisnya juga flow, mengalir.
By the way, kenapa sih kok bisa sakit. Berhentilah menyalahkan takdir teman. Karena Allah sudah mewanti-wanti jauh hari tentang hal tersebut.
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As Syuura : 30)
“Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisaa’ : 79)
Nah... Jadi, salah sekali kalau kita mengkambing-hitamkan takdir Allah ketika sakit itu datang. Sebab sebelum kita sakit, kita disodorkan berbagai pilihan. Mau menjalani sesuatu yang membuat hidup tetap sehat atau mau menghabiskan usia sebagai pesakitan. It’s absolutelly up to us.
Lagipula Allah telah mengharamkan diri-Nya bersikap dzalim kepada hamba-Nya
"... dan kamu tidak akan dianiya (oleh Allah) walau sedikitpun". (QS. An Nisaa’ : 77)
"... dan Kami tidak sekali-kali berlaku dzalim." (QS. Asy Syu'araa' : 209)
Jadi sebenarnya apa yang salah dengan kita. Kenapa sakit sering kali menghampiri kita. Inilah yang ingin saya tuangkan dalam tulisan kali ini.
Kenapa bisa sakit.
Coba lakukan analisa, kenapa sakit bisa datang. Kalau frekuensi kehadirannya jarang, tidak masalah. Mungkin memang sedang ada virus yang menyebar sementara sistem imun tubuh kita sedang down. Tapi kalau frekuensi kehadirannya hampir setiap minggu. Wah ini berarti ada kesalahan sistemik.
Mari jujur melihat pola hidup kita. Maksudnya bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari. Ini terkait pola makan, pola tidur, pola minum, pola BAB, dan pola-pola lainnya.
Alhamdulillah, kami sekeluarga jarang sekali sakit. Kalaulah sakit, hanya keluhan ringan yang segera hilang setelah back to pola hidup sehat. Dua putri kami, Naufa dan Naura hampir tidak pernah dibawa ke dokter, puskesmas, mantri apalagi mbah dukun.
Padahal sebelum menikah, baik saya maupun suami sering sekali berobat. Malah sempat dirawat di rumah sakit. Masya Allah... Setelah menikah, saya dan suami bertekad untuk menjalani pola hidup sehat. Agar kualitas kehidupan kami bisa meningkat dari aspek kesehatan.
Sejak itulah, kami rajin mengumpulkan sekaligus membaca buku-buku tentang kesehatan populer karya dokter-dokter kelas internasional, nasional maupun lokal.
Sebut saja Dr. Hiromi Shinya, yang tenar dengan buku The Miracle of enzim. Juga buku tentang air yang dikarang oleh Dr. F. Batmanghelidj, M.D. Juga bukunya Dr. Hendrawan Nadesul dan buku-buku lain yang membuat kami melek pola hidup sehat.
Pola hidup sehat itu penting sekali. Resepnyapun sederhana sekaligus murah. Sayangnya untuk memulainya harus berdarah-darah. Buat yang tidak tahan, siap-siap saja menangis. Lebaynya...
Yang unik menurut saya, bahwa ternyata sebagian besar yang diinformasikan dalam buku-buku kesehatan populer tersebut telah dipraktikkan oleh teladan terbaik kita, rasulallah Muhammad saw. Meski ada beberapa informasi yang memang harus kita filter. Artinya, Rasulallah itu memang qudwah hasanah.
Pola hidup sehat akan menjadikan sistem kekebalan tubuh kita kuat. Nah, kalau sudah kuat, penyakit seperti apapun, tidak akan mudah menyerang tubuh kita.
Pola hidup sehat yang kami jalani sebenarnya masih jauh sekali dari ideal. Karena kami memang sedang berproses setahap demi setahap. Sementara ilmu tentang pola hidup sehat sangat luas. Jelas tidak mungkin bisa dibandingkan dengan kapasitas keilmuan kami yang dangkal.
Dalam tulisan kali ini saya hanya ingin menshare pengalaman pribadi kami selama ini, yang mungkin bermanfaat buat rekan-rekan sekalian.
Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Kalimat ini benar adanya. Jika sakit dapat kita hindari dengan mengupayakan maksimalisasi pola hidup sehat, kenapa harus tetap ngeyel dengan pola hidup yang tidak sehat. Dari membaca buku-buku tentang kesehatan, mungkin inilah beberapa pola yang bisa kita terapkan.
Pertama, Pola minum air. Biasakan untuk minum air putih segera setelah bangun tidur. Minimal 2 gelas ukuran 200cc. Air akan menghidupkan kembali sel-sel yang nyaris mati karena dehidrasi selama kita tertidur. Air putih juga akan mencuci saluran cerna sebagaimana kita mencuci perabot masak setelah digunakan.
Minum 1 gelas air putih selang 1 jam sebelum sarapan / makan siang / makan malam. Jangan minum air bersamaan dengan atau tepat setelah makan besar. Kebiasaan ini akan memperlambat proses kimiawi dalam lambung. Dampaknya, akan terjadi pembusukan bubur makanan. Minum air lagi setelah 2 jam sarapan / makan siang / makan malam.
Oya, besaran kebutuhan air masing-masing orang berbeda satu sama lain lho. Hal ini terkait dengan berat badan seseorang. Sehingga yang kurus kebutuhan airnya berbeda dengan yang gemuk. Jadi kurang tepat jika disamakan kebutuhannya menjadi 8 gelas perhari. Akan saya buat artikel khusus yang berbicara tentang ini suatu saat nanti, insya Allah.
Perhatikan juga kualitas air minum yang kita konsumsi. Jangan sampai mengandung mineral-mineral yang merugikan kesehatan. Hidup zaman yang penuh dengan polusi seperti sekarang ini, memang sangat sulit mencari sumber air yang baik. Karnanya berhati-hatilah.
Kami sendiri, memilih untuk membeli air mineral yang terjamin kualitasnya. Karna kualitas air akan berefek pada kualitas kesehatan. Tak mengapa mengeluarkan budget yang sedikit lebih mahal.
Intinya, jangan sampai tubuh kita dehidrasi gara-gara kurang konsumsi air. Karna air itu segalanya. Kita bisa bertahan hidup tanpa makan selama 7 sampai 8 minggu (catatannya: masih minum air) tetapi tidak jika kita kekurangan air.
Mengutip salah satu ungkapan Dr. F. Batmanghelidj, M.D: “ Anda tidak sakit, anda hanya kurang minum air”.
Kedua, Pola makan. Ini adalah unsur kedua setelah asupan air tercukupi. Sebisa mungkin masak sendiri di dapur sendiri. Mengutip kata Dr. Hendrawan Nadesul, kira-kira bunyinya “Kesehatan anda ada di dapur anda bukan di restoran mewah”.
Kalau beli makanan di warung atau restoran belum tentu terjamin kehalalan dan kehigienitasan makanannya. Saya sendiri, memaksa diri agar selalu masak sendiri setiap hari. Meski merepotkan (karna punya 2 balita dan tidak punya pembantu) namun inilah harga yang harus dibayar mengingat masa depan kesehatan keluarga begitu penting.
Meskipun masak sendiri, patut dicatat, untuk tidak masak yang instan-instan. Misal masak mie instan, sarden instan, bumbu instan, santan instan dan lain-lain yang serba instan. Hilangkan kebiasaan penggunaan penyedap rasa / MSG / vetsin apapun bentuknya.
Kurangi penggunaan minyak jenuh. Sebisa mungkin menu yang melibatkan minyak goreng dan santan kental diminimalkan. Misalnya seminggu sekali, sebulan sekali atau bahkan setahun sekali. Tidak tahankan? Iya, diawal-awal menjalani pola ini, saya sungguh tersiksa. Buatlah masakan yang direbus atau dikukus.
Komposisi masakan juga harus diperhatikan. Kandungan gizi yang seimbang dan sesuai takaran. Misal, untuk anak-anak batita dan balita memang membutuhkan asupan protein yang cukup banyak. Namun tidak dengan orang dewasa.
Protein untuk orang dewasa kebutuhannya sangatlah minim. Begitu juga dengan karbohidrat. Kami biasa makan nasi putih yang dicampur dengan beras merah atau nasi jagung. Perbanyak makan Sayur mayur dan buah-buahan.
Begitu juga cara pengolahannya. Cucilah sayuran sebelum dipotong. Karna jika dicuci setelah dipotong, akan banyak zat yang larut oleh air. Jangan memasak sayuran lebih dari 10 menit. Jika sayuran sudah dapat dikonsumsi tanpa harus dimasak, tentu ini akan baik sekali. Oya, variasikan juga menu sayur setiap harinya, biar tidak bosan.
Makan buah sangat dianjurkan saat perut dalam kondisi kosong. Paling dianjurkan makan buah langsung dikunyah sendiri. Maksudnya bukan dibuat jus. Perpaduan air liur dan enzime yang ada pada buah akan sangat mengagumkan. Detail penjelasannya baca sendiri ya di bukunya Dr. Hiromi Shinya. Selain itu, kalau dikunyah sendiri maka seluruh serat terserap optimal.
Terlarang makan buah atau jus setelah makan besar. Efeknya akan terjadi pembusukan bubur makanan di dalam lambung. Dan ini fatal akibatnya. Insya Allah nanti saya kupas tuntas dalam artikel yang lain. Agar artikel ini tak lari kemana-mana alias mbulet. hehe
Makanlah saat lapar dan cukupkan sebelum kenyang. Jangan sampai terjadi sendawa. Karena selain tidak sopan, juga tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk udara. Padahal kata Rasulallah, lambung itu dibagi menjadi tiga. Sepertiga terisi makanan, sepertiga terisi minuman, sepertiganya terisi udara. Nah, kalau udaranya sampai terdorong keluar artinya tidak ada lagi ruang dilambung kita. Jok kemaruk po-o...
Ketiga, pola jajan. Sebaiknya belilah jajanan halal dan sehat untuk keluarga. Jangan biasakan keluarga ngemil sesuatu yang kurang bermanfaat untuk tubuh. Misal: snack, coklat, permen, wafer, biskuit dan lain-lain. Mendingan juga beli jajan misalnya pisang ambon, salak, jeruk, duku, apel dan lain sebagainya. Harganya sama mahalnya. Tapi tidak sama kualitasnya.
Hm... kayaknya itu dulu ya yang bisa saya bagikan. Next time tema sakit dan sehat adalah pilihan part 2 insya Allah akan saya lajut tuliskan. (Bunda Naufa)