Antara Indonesia dan Suriah

Antara Indonesia dan Suriah

Anak Korban Assad La'natullahu
Kemarin aku menangis. Hatiku tersayat. Jantungku seperti diputus. Tak tahan aku membaca sebuah berita. Tentang kabar dunia. Suriahlah namanya. Disana, ribuan saudariku diperkosa, jutaan balita tak berdosa dibantai. Sebagian mati kelaparan. Hingga wajah tampan berubah menjadi kulit membalut tulang. Sebagian terlunta-lunta tanpa penginapan. Pergi bersembunyi di celah-celah gua untuk menyelamatkan diri dari kekejman rezim Assad dengan Shabiha-nya. Ya Allah...

Pun hari ini, aku juga harus menangis lagi. Ketika kutengok kabar dunia. Rohingya lah namanya. Ribuan orang dibantai sadis. Ratusan rumah dibakar. Ribuan lainnya terpaksa mengungsi ke negara tetangga. Sayangnya, setelah sampai di salah satu negara jiran, mereka malah ditawan dan diperjual-belikan layaknya budak belian. Ada yang sampai ke negeri kita. Kapal pengungsi yang mereka naiki mesinnya mati, hanya terombang-ambing oleh ombak, dan terdampar di dekat perairan aceh. Entah berapa lama mereka kelaparan. Wajah yang tirus. Tubuh yang kurus nampak di foto seorang ibu yang menggendong bayi seusia anakku Naura bersama 2 orang anaknya yang lain seusia Naufa. Ya Allah...

Tempo hari aku juga menangis. Menengok kabar dunia. Mali lah namanya. Penjajah Perancis telah meleburkan segalanya. Menjadikan Mali layaknya neraka. Kaum Muslim disana lagi-lagi menjadi korbannya.

Malam itu aku juga menangis. Membaca kabar dunia. Kali ini, Indonesia lah sebutannya. Ratusan orang dibantai di Poso, belum lagi kebengisan densus 88 yang  mirip tentara setan. Tambah lagi kemiskinan sistemik yang menjadikan rakyat semakin tercekik. Ya Allah... sampai kapan ya Allah... sampai kapan kami terus harus menangis seperti ini...

Aku semakin menangis. Kulihat diriku. Berjibaku dengan urusanku sendiri. Tanpa dapat kulakukan apa-apa untuk mengatasi semuanya. Aku masih bisa makan kenyang, sementara mereka merintih kelaparan. Aku masih bisa jalan-jalan ke taman kota, sementara mereka tinggal menunggu nyawa meregang. Anak-anakku menangis minta dibelikan mainan, sementara anak-anak Suriah menangis karena ayah bundanya telah berpulang. Aku masih sibuk dengan resep menu masakan. Sementara saudara-saudaraku dinistakan kehormatannya. Diperkosa membabi buta. Diperlakukan seperti hewan tanpa nurani manusia.

Aku ingin berteriak. Aku ingin berontak. Aku ingin semua orang menyadari ini. Keadilan macam apa ini? Kemana PBB? kemana pegiat HAM? Kemana DEMOKRASI, kemana?

Beginikah Demokrasi akan membawa kami? Kearah inikah kami akan dijerumuskan oleh slogan-slogan omong kosong Hak Asasi Manusia?

Antara Indonesia dan Suriah


Kenapa rakyat Suriah begitu bulat suaranya. Mereka terus saja berisi keras untuk kembali kepada Syariáh dan Khilafah. Demokrasi tak laku lagi disana. Tawaran manis apapun dari Demokrasi tak membuat mereka bergeming. Sementara disini, meski sudah diketahui betapa bobroknya penerapan Demokrasi di Indonesia, tetap saja Demokrasi masih jadi makanan favorite mayoritas penduduk negeri ini. Tanya kenapa?

Hm... mungkin karena kita disibukkan dengan kebutuhan dan keinginan. Sementara mereka (di Suriah) disibukkan dengan kehidupan dan kematian. Apakah ada bedanya? Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang...

Rakyat miskin disibukkan dengan kebutuhan perut. Jangankan mau mikirin nasib orang lain di negeri lain yang jauh disana, mikirin dapur sendiri saja sudah pontang panting. Bersyukur hari ini dapur dapat mengepul. Susah payah mencari segepok rupiah yang nilainya semakin tak berarti. Dulu, betapa berartinya uang 50 ribu. Namun kini, bisa apa dengan uang itu.

Anak-anak Pengemis di Perkotaan
Jutaan orang terlunta-lunta hidup di kota besar. Tanpa pemukiman yang layak. Tidak sedikit yang tidur di bawah jembatan, di depan pertokoan, di pinggir jalan. Bukan cuma orang dewasa, bahkan anak-anak kecil dan bayipun begitu. Menangislah jiwaku menyaksikan potret negeri zamrud kathulistiwa ini. Kemana rasa empati penguasa. Membiarkan rakyatnya menderita.

Parahnya lagi, elite politik semakin rakus. Puas rasanya menyimak berita tentang korupsi yang nggak ada habisnya dari hari ke hari. Perdebatan memuakkan para elite yang sok mengatur negara, padahal aselinya berebut tahta untuk menumpuk-numpuk harta. Negara auto pilot!

Tambah lagi dengan budaya hedonis alias bebas. Yang menjadikan generasi muda negeri ini semakin larut dalam kubangan perzinahan, pergaulan bebas, narkoba, tawuran... ya Allah... Bagaimana mau mikirin orang lain, bagaimana mau mikirin perubahan. Bagaimana wajah dunia ini bisa berubah?

Padahal kalau mau dipikir, kondisi Indonesia nyaris sama dengan Suriah. Walau sedikit berbeda dari uslup pembunuhannya. Disini pembunuhannya nyaris tak terasa. Wahai warga Indonesia merasa nggak sih kalau kita sedang dibantai?

Bagaimana dengan rakyat Suriah? Mali? Rohingya? Palestina? Yang setiap saat harus dihadapkan dengan moncong senjata. Yang setiap hari berpacu dengan waktu, antara hidup dan mati. Hanya kematian lah yang menjadikan pikiran cemerlang. Menyadari betapa buruknya sistem demokrasi sampah yang dijajakan Barat. Lihatlah wahai dunia, Rakyat Suriah telah menyadari dengan sepenuh kesadaran, bahwa harus ada Khilafah atau imamah yang menaungi kami semua. Yang akan membebaskan kami dari perbudakan dunia ini. Yang akan menjadikan kami mulia dengan syariát Allah.

Wahai saudara-saudaraku di Suriah...
bersabarlah, kuatkan kesabaran kalian...
semoga Allah pertemukan kita dalam satu naungan.
Kami disini,
sangat ingin membantu kalian,
namun nasionalisme telah menyandera kami.
Tunggulah kami wahai saudaraku...
untuk bisa bersama kalian berjihad di jalan Allah.

Wahai putra-putri suriah,
Kalianlah pahlawan itu...
Kalianlah harapan masa depan,
Jangan putus asa sayang...
Kholifah akan segera datang menenangkan tangis dan ketakutan kalian.
Semoga...

Wahai warga Indonesia,
Apakah kita menunggu kondisi kita seperti Suriah?
Sampai kapan...
Sadarlah dan bergeraklah bersama menuju tatanan dunia yang berkah! [Bunda Naufa]

Related

Dakwah 2722442609257244105

Post a Comment

  1. ternyata penjajahan di dunia masih terus berlanjut ...kemerdekaan sekarang ini ternyata hanyalah semu penuh kebobongan ....
    bapak bangsa kita soekarno telah di jungkir balikkan oleh orde baru ..
    dan kita di asuh oleh bapak tiri bangsa selama 32 tahun ..dengan budaya kkn yg tumbuh subur ..
    dari depan rakyat terlihat di manja padahal di belakang rakyat di tindas ...

    ReplyDelete

emo-but-icon

Tulisan Unggulan

Sebulan Bisa Hafal Satu Juz?

Hafalan Al-Qur'an Yuuuk Saya memulai jadwal tahfidz harian ba'da shubuh. Saat suasana masih sangat tenang, Goma masih lelap ...

Catatan Terbaru

item