Tips Belanja Cerdas untuk Ibu Rumah Tangga (Part-2)
Trolly belanjapun didesign dengan mobil mainan |
Keempat, Bawalah uang pas. Ketika datebase kebutuhan sudah kita buat, jangan lupa untuk memperkirakan harga, dan tuliskan di masing-masing item. Lalu akumulasikan jumlah belanja anda. Ini juga penting. Agar kita tak berlebihan ketika membawa uang saat pergi ke pasar.
Aneh memang, perempuan itu kalau dikasih uang seberapapun pasti akan cukup. Dikasih sedikit cukup, dikasih banyak juga cukup. Artinya, seberapapun uang di tangan biasanya akan habis dibelanjakan. Anda pernah merasakannya?
Karenanya, sebaik-baik sikap adalah tidak membawa uang tunai berlebih saat belanja.
Bagaimana jika harga kebutuhan pokok melonjak naik, kan uang jadi nggak cukup, Bun?
Ya, kita memang tidak bisa memungkiri hal ini. Hemat saya, kalaulah mau dilebihkan, silahkan saja.. tapi tidak boleh lebih dari 10 % dari total anggaran.
Membawa uang pas juga akan mengontrol diri kita agar tak gelap mata. Membeli sesuatu yang tidak kita perlu.
Kelima, Jangan bawa anak-anak saat belanja. Nampaknya sepele ya... namun dampaknya serius pada anggaran belanja kita. Ingat, belanja is belanja. Bukan jalan-jalan atau cari hiburan.
Saya sarankan ini, bukan untuk bertindak kejam pada anak-anak kita. Justru ini menyelamatkan mereka dari dampak buruk suka jajan.
Di pasar, di warung atau di supermarket, begitu banyak barang dijual. Yang tidak saja membuat orang tua gelap mata, bahkan anak-anakpun bisa ketagihan dibuatnya. Wong orang tua saja sulit untuk berdisiplin kalau bukan karena dipaksa.
Biasanya saya belanja kebutuhan harian, ba’da shubuh. Ketika Naufa dan Naura masih terlelap tidur. Jarak rumah kami dengan pasar siwalan hanya sekitar 800meter. Dibutuhkan waktu sekitar 10menit sampai tujuan dengan berjalan kaki. Saya menetapkan maksimal 25 menit berada dipasar untuk mencari barang-barang yang telah saya catat. Sehingga total waktu 45 menit untuk agenda belanja.
Namun tidak kali itu. Keduanya sudah bangun bahkan sejak adzan shubuh belum berkumandang. Jadi terpaksa saya berangkat agak siang dan minta diantar ayah Naufa bersepeda motor bersama Naufa dan Naura.
Sampai di pasar, saya dibuat kelimpungan dengan permintaan dua putri kecil itu. Naufa minta balon, Naura minta kue.
Keduanya merengek-rengek minta segera dipenuhi keinginannya. Wah, kalau tidak dituruti keduanya akan tetap rewel sepanjang pasar. Kalau dituruti, saya tak menuliskan apa yang mereka minta karena memang tak dianggarkan dananya. Walhasil, saya terpaksa minta tambahan uang ke ayah Naufa untuk memenuhi yang mereka inginkan.
Sebaiknya, memang tak membawa anak-anak ke pusat perbelanjaan. Baik grosiran, pasar tradisional, supermarket atau tempat belanja lain. Nanti mereka jadi shopacholic.
Keenam, Jangan gelap mata. Di pusat-pusat perbelanjaan, sering kita dapati obral besar-besaran atau diskon gede-gedean atau hadiah yang menggiurkan. Terkadang hal itu membuat kita melirik juga barang yang ditawarkan. Jangan sampai seperti itu ya... sebab, sering kali barang yang di obral atau di diskon sama sekali tidak kita butuhkan lho.
Suatu ketika Ayah Naufa pulang dari sebuah pusat perbelanjaan di Sidoarjo. Ia menyesal karena membali barang yang belum dibutuhkan.
Tujuan awal ketempat tersebut mau mencari lemari untuk kebutuhan grosir koyo yang sedang kami rintis. Beliau pergi bersama seorang karyawan kami.
Sampai disana, seorang sales datang menghampiri mereka berdua. Ia memberi ayah Naufa hadiah. Sebuah sabun pencuci piring dan sebuah kupon undian. Beliaupun diminta datang ke counter mereka untuk mengisi data undian.
Hadiah yang ditawarkan lumayan mahal-mahal. Ada laptop Lenovo, Black Berry, super blender yang nilainya diatas 4 jutaan semua.
Ayah Naufa mulai tergoda, berharap bisa dapat Black Berry karena usaha kami memang sedang membutuhkannya. Sudah beberapa kali calon pelanggan gagal belanja gara-gara kami belum punya pin BB.
Ayah Naufa pun mengisi data yang diminta dan segera mengambil kupon undian. Setelah dibuka ternyata tertulis super blender.
Tadinya, beliau tidak mau mengambilnya karena tidak butuh. Tapi salesnya mulai membujuk beliau.
“Pak, ini harga aslinya 4.995.000. Kalau bapak ambil hadiah ini, bapak cukup membayar 30% dari harganya saja. Sayang lho pak... “ bujuknya penuh keyakinan.
Rp. 4.995.000 x 30 % = Rp. 1.498.500 atau jika dibulatkan menjadi Rp. 1.500.000. Ayah Naufa mulai tertarik.
“Nanti ditambahi hadiahnya, Pak. Ditambah dispenser dan setrikaan”.
Akhirnya beliaupun mengambil ‘hadiah’ itu dan membayar sejumlah Rp.1.500.000. Karena uang yang dibawa hanya Rp.600.000 beliaupun bergegas ke ATM untuk menarik tunai kekurangannya.
Sampai dirumah, saya terbengong, ada super blender dirumah. padahal, kami belum membutuhkannya saat ini.
“Kenapa ayah nggak telpon bunda, minta pertimbangan Bunda... padahalkan selama ini ayah paling bisa manage belanja” sesalku.
“Entahlah, Bun... ayah seperti dihipnotis. Lupa kalau tujuan kesana mau beli lemari penyimpanan”
Hm... nasi sudah menjadi bubur. Menyesal tak ada lagi gunanya. Itulah sebabnya, saya tidak mau belanja di supermarket karena disana banyak tipu daya.
Ketujuh, Disiplin. Baik disiplin anggaran, disiplin waktu dan disiplin tempat belanja. Untuk bisa berdisiplin, sejak awal penetapan anggaran belanja perlu diperjelas tujuan utama berbelanja, yaitu belanja. Bukan rekreasi, piknik atau hiburan.
Ini penting. Sebab, jika kita memelencengkan niat semula. Misalnya berbelanja sekaligus menjadi ajang rekreasi. Kita akan cenderung memaafkan kelalaian dalam berbelanja.
Di pusat perbelanjaan banyak yang menyediakan fasilitas bermain untuk anak-anak, bahkan trolly belanja saja didesain sedemikian rupa menyerupai mobil berjalan.
Tujuannya jelas. Agar anak-anak betah berlama-lama di tempat itu, dan tentu akan menguras kocek orangtuanya lebih dalam. Karena di sekitar tempat itu banyak barang-barang ditawarkan. Mulai dari makanan, mainan, pakaian dan lain-lain. Ini akan membuat anak-anak dan orang tua tekadang gelap mata. Sayangnya, banyak yang terjebak dengan jebakan ini.
Ketidakjelasan tujuan belanja inilah yang justru akan menguras isi dompet kita sekaligus menyita waktu luang kita. Akhirnya, anggaran yang semula ditujukan untuk belanja kebutuhan wajib, teralihkan memenuhi yang tak kita rencanakan.
Suatu ketika, saya sudah menetapkan agenda belanja harian. Catatan juga sudah saya siapkan, begitu pula uangnya. Namun, terbesit dalam hati saya untuk belanja bukan di tempat biasanya.
Biasanya saya belanja di pasar Siwalan, kali ini tergiur untuk belanja di pasar Kutisari yang jaraknya jauh dari rumah. Apa pasal? Saya ingin cari suasana baru. Niatan ini, tanpa sadar telah memelencengkan tujuan awal saya.
Benar saja, durasi belanja yang hanya diagendakan sekitar 45 menit, berubah menjadi 120 menit. Bukan semata karena habis waktu untuk perjalanan, tetapi karena di pasar Kutisari, saya mendapati hal-hal baru. Sehingga saya malah menghabiskan waktu sekedar untuk menikmati hal-hal baru itu alias rekreasi bukan belanja.
Padahal, belanja bukan rekreasi. Karena rekreasi ada waktu dan tempat serta anggarannya sendiri.
Walhasil, apa yang saya tuliskan dalam catatan belanja hanya 50% saja yang terbeli. Karena uangnya habis untuk beli sesuatu yang diluar rencana.
Disiplin itu gampang dikatakan tapi sukar dilakukan. Harus memaksa diri untuk benar-benar tepat janji pada dirisendiri.
Begitulah tips belanja cerdas untuk ibu rumah tangga yang bisa saya bagikan. Moga bermanfaat ya... [Bunda Naufa]